"The Greenest School in The Earth" Itu Ada di Bali

Setiap murid diajarkan untuk dekat dengan alam

oleh Liputan6 diperbarui 27 Jun 2014, 12:13 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2014, 12:13 WIB
"The Greenest School in The Earth" Itu Ada di Bali
Setiap murid diajarkan untuk dekat dengan alam

Citizen6, Jakarta Indonesia yang masuk dalam jajaran Negara paling berpolusi no 3 di dunia, setidaknya boleh berbangga hati. Sebuah inovasi baru di bidang pendidikan Indonesia lahir di Bali, jantung pariwisata negeri kita. Namanya Green School atau Kul- Kul Campus.

Kampus ini terletak di desa Sibang Kaja, 30 km dari pusat kota Denpasar. Sebuah sekolah unik yang dibangun oleh John Hardy, seorang desainer dan pengusaha jewelry yang sukses.

Sekolah unik nan ajaib ini merupakan satu-satu-nya sekolah di dunia yang bangunannya hanya menggunakan bambu, rumput gajah dan tanah liat. Semen yang digunakan hanya di beberapa tempat di yayasan. Sekolah ini mungkin merupakan bangunan terbesar di dunia yang  dibangun seluruhnya berbahan bambu.

Dimensinya adalah 18 meter dan tingginya 64 meter. Pendingin udaranya tidak lagi menggunakan Air Conditioner, melainkan kincir angin melalui terowongan bawah tanah. Tenaga listiknya menggunakan bio gas yang terbuat dari kotoran hewan untuk menyalakan kompor. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus peternakan sapi. Ditambah lagi arena olahraga, laboratorium, perpustakaan, dll.

Kemudian yang tidak kalah uniknya adalah jembatan bambu yang dibangun membentang di tengah-tengah sekolah, yang dibawahnya mengalir sungai Ayung. Sekolah ini memang memiliki visi go green yaitu berinteraksi dengan alam. Setiap orang harus berkunjung ke sekolah ini untuk mengingat bagaimana cara kita melindungi bumi,.

Setiap murid diajarkan untuk dekat dengan alam, dimulai dari cara menanam padi, memproduksi coklat sendiri. Semua itu tak lepas dari harapan agar murid-murid mereka mengerti tentang berbagai hal dalam kehidupan, dan mampu menjadi pemimpin di dunia yang memberikan pengaruh besar bagi penghijauan dunia.

Pendeknya, para pelajar yang terdiri dari penjuru dunia akan tahu segala hal dari organic gardening hingga mendesain website, dari menjalankan bisnis kecil hingga menekan emisi karbon, menjadi orang yang berkontribusi bagi kesadaran global dan dapat dipercaya mengelola kehidupan dengan lebih baik di tengah krisis bumi ini.

Untuk bisa belajar di sekolah unik ini, cukup mahal.  Tidaklah heran bila murid-muridnya sendiri lebih banyak terdiri dari kaum ekspatriat dan orang asing. Namun sekolah ini juga menyediakan beasiswa pendidikan.

Kita sebagai anak negeri, sangat miris rasanya melihat anak – anak bule yang terkenal bersih itu mau bermain-main dengan lumpur dan duduk lesehan di atas tikar, kemudian mampu bercocok tanam, menanam padi, dan membudidayakan udang. Sedangkan kita mungkin masuk ke lumpur saja tidak pernah, apalagi menanam padi. Padahal bercocok tanam merupakan identitas bangsa kita sebagai negara agraris. Jadi kita harus mulai bergerak untuk memajukan negeri ini.

Andaikata sekolah di negeri ini seperti Green School, mungkin tidak akan ada lagi yang namanya illegal logging dan pembabatan hutan secara liar, karena sejak kecil mereka telah diajarkan bagaimana cara mencintai alam.

Pengirim:

Sharfina Hadyanti

Foto diambil dari http://www.greenschool.org/wp-content/uploads/2010/07/Greenschool.jpg

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai Senin, 23 Juni sampai 29 Juni Citizen6 mengadakan program menulis bertopik ke-14 dengan topik "Persiapan Menjelang Puasa Ramadan". Info selengkapnya bisa dilihat di sini   

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya