I-Doser Dianggap Sebahaya Narkoba, Benarkah?

I-Doser adalah salah satu jenis aplikasi di android berbasis psikoterapi yang disebut-sebut sebagai narkoba jenis baru.

oleh Azwar Anas diperbarui 13 Okt 2015, 11:32 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2015, 11:32 WIB
I-Doser Jenis Narkoba Baru. Apa Tidak Berlebihan?
I-Doser adalah salah satu jenis aplikasi di android berbasis psikoterapi yang disebut-sebut sebagai narkoba jenis baru.

Citizen6, Jakarta I-Doser adalah salah satu jenis aplikasi di android berbasis psikoterapi yang disebut-sebut sebagai narkoba jenis baru. Keberadaan I-Doser, kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pemicunya adalah, beredar video-video mengenai bahayannya menggunakan I-Doser di grup-grup Whatsapp dan social media.

Bahkan di sebuah forum, I-Doser sudah dibicarakan sejak tahun 2012. Di playstore atau toko aplikasi untuk android, I-Doser sudah diunduh sekurang-kurangnya 10 juta orang. I-Doser pun bukan aplikasi gratis. Untuk bisa memakai aplikasi ini, user harus mengeluarkan uang senilai Rp 71.542,00. Aplikasi ini menyediakan fasilitas relaksasi otak yang ditimbulkan oleh gelombang suara.

Akan tetapi, sejak beredar video soal bahayanya memakai I-Doser, stigma masyarakat bergeser. Mereka khawatir, I-Doser diangap punya efek yang sama bahayanya dengan narkoba dan kini kembali ramai diperbincangkan di media sosial.

Badan Narkotika Nasional, sejauh ini belum memberikan konfirmasi lanjut soal I-Doser yang dianggap sama bahayannya dengan narkoba. BNN masih meneliti seluk-beluk I-Doser dan dampak negatifnya. Di Indonesia, kata Humas BNN belum pernah ada laporan mengenai kasus I-Doser.

Sementara itu, di akun Facebook resmi milik I-Doser, jumlah yang sudah memberi tanda suka di halaman ini telah mencapai 16.000 orang sedangkan di Twitter, akun I-Doser diikuti oleh 148.000 pengikut. Untuk ukuran kepopuleran sebuah produk, jumlah segitu masih terbilang sedikit.

Kendati demikian, seperti dilansir dari bijaks.net, masyarakat diimbau untuk mewaspadai bahaya munculnya aplikasi tersebut. Setelah BNN menemukan kesamaan unsur yang sama, BNN berjanji akan melarang pereadaran aplikasi tersebut.

Muncul dugaan, beredarnya video-video tersebut dimaksudkan untuk mendompleng kepopuleran aplikasi I-Doser. Jadi, tidak ada alasan untuk terlalu berlebihan menyikapi I-Doser.

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya