Gus Teja World Music, Sebarkan Cinta Kasih Lewat Bahasa Musik

Gus Teja bersama kelompok musiknya mencoba menyebarkan cinta kasih lewat musik-musiknya

oleh Sulung Lahitani diperbarui 19 Jul 2016, 11:22 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2016, 11:22 WIB
gus teja, galeri indonesia kaya
Gus Teja bersama kelompok musiknya mencoba menyebarkan cinta kasih lewat musik-musiknya

Liputan6.com, Jakarta - Bali dikenal sebagai pulau surga yang sudah mendunia, begitu juga dengan album-album Gus Teja yang sudah dikenal di Bali dan turis mancanegara. Gus Teja, seorang maestro Suling dari sebuah desa kecil di dekat Ubud-Bali bersama kelompok musiknya memberikan penampilan terbaiknya di hadapan para penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya.

Bertajuk From Heaven to Earth, Gus Teja World Music menampilkan karya-karyanya yang mendunia dan bertekad untuk menyebarkan perdamaian dunia dan cinta kasih lewat bahasa musik yang universal dan spiritual. Dengan 6 orang musisi berbakat, Gus Teja World Music memadukan alat musik yang terinspirasi dari alat musik tradisional Bali seperti selonding, tingklik, kendang, dan suling dikombinasi dengan gitar dan bass gitar.

“Sebagai seorang seniman yang sejak kecil sangat menyukai bermain suling dan gamelan, Gus Teja tidak hanya menjadi musisi tradisi yang kental, tetapi juga sebagai seorang musisi yang komplit dan selalu ingin tahu terhadap berbagai perkembangan seni dan budaya luar negeri. Rasa ingin tahunya ini membawa Gus Teja mengeksplorasi alat musik dari belahan dunia lain dan memadukannya dengan musik tradisi Bali sehingga menjadikan karya-karya yang dilahirkannya menjadi selalu menarik untuk didengar,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

galeri indonesia kaya

Musik Gus Teja adalah musik instrumental yang memadukan musik bambu dan kayu yang terinspirasi dari musik tradisi Bali, dipadukan dengan alat musik barat seperti gitar dan bass gitar. Musik Gus Teja terasa unik karena instrumen utamanya yaitu alat musik tiup. Gus Teja tidak hanya memakai suling (alat musik tiup asli Bali), tetapi juga memadukan alat-alat musik tiup dari berbagai belahan dunia, seperti, native american flute, pan flute, ocarina, quena, whistle, dan hulusi.

“Setiap alat musik tiup tersebut mempunyai karakter, warna musik, dan teknik permainan yang berbeda-beda. Saya ingin musik saya tidak hanya mewakili curahan jiwa dan kecintaan saya terhadap alam, tetapi juga ingin menyentuh lubuk hati sehingga musik yang didengar tidak hanya sampai di telinga saja, namun mampu menyentuh hati dan memberikan kedamaian. Jika di dalam diri kita sudah damai maka kasih akan lebih mudah keluar dari dalam diri,” ujar Gus Teja.

Dibentuk tahun 2008, Gus Teja World Music telah mengumpulkan sebuah diskografi mengesankan setelah merilis 3 album dan terjual lebih dari 50.000 copy. Album ‘Rhythm of Paradise’ dirilis pada akhir tahun 2009, ‘Flutes for Love’ dirilis pada tahun 2011, dan Ulah Egar di tahun 2015. Gus Teja telah menjadi identik dengan suara kontemporer Bali. Konser yang telah dilakukan Gus Teja juga sudah tak terhitung jumlahnya di berbagai event musik di Bali dan event international seperti di Malaysia dan Korea Selatan.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya