FMKI KAJ Kecam Keras Amerika Serikat

FMKI KAJ mengecam keras atas pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald J Trump terhadap status Kota Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Des 2017, 13:25 WIB
Diterbitkan 09 Des 2017, 13:25 WIB
Warga Muslim AS Salat di Depan Gedung Putih
Warga Muslim melaksanakan Salat Jumat berjamaah di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (8/12). Para warga muslim ini memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (mari matsuri / AFP)

 

Liputan6.com, Jakarta Atas pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald J Trump terhadap status Kota Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, pada 6 Desember pukul 13.00 waktu setempat, Forum Masyarakat Katolik Indonesia Keuskupan Agung Jakarta (FMKI KAJ) mengecam keras pengakuan sepihak Amerika Serikat dan menyerukan agar Israel menghormati serta mengikuti kesepahaman internasional (Kesepakatan Oslo 1993) dan Resolusi Dewan Keamanan serta Majelis Umum PBB.

FMKI KAJ mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh kemerdekaanya, karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Hal ini sejalan dengan amanah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. "FMKI juga mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang diambil Pemerintah Republik Indonesia untuk mewujudkan proses perdamaian yang berkeadilan dan bermartabat," ujar Ketua Umum FMKI KAJ, Yulius Setiarto dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (9/12).

Yulius menyebutkan, kebijakan yang diambil oleh Presiden Trump ini telah menimbukan protes keras dari masyarakat internasional, termasuk Indonesia. Karena itu, protes keras ini layak dilayangkan kepada Pemerintah Amerika Serikat dikarenakan kebijakan mengakui Kota Yerusalem sebagai iIbu kota Israel adalah tindakan yang menyalahi kesepakatan Oslo di Tahun 1993 dan Resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait status Kota Yerusalem. PBB setidaknya telah menerbitkan 10 resolusi tentang Yerusalem yang ditegaskan kembali dalam Resolusi 2334, 23 Desember 2016.

Selain akan menimbulkan sentimen negatif, kemarahan, dan sikap permusuhan oleh warga dunia terhadap Pemerintah Amerika Serikat, kebijakan luar negeri Amerika Serikat ini, menurut pria yang sering disapa Yus ini, juga akan mengancam proses perdamaian Palestina-Israel dan stabilitas kawasan Timur Tengah.

"Kebijakan ini akan berdampak pada semakin suburnya pandangan ekstrimisme agama (religious extremism) atau sektarian di kawasan Timur Tengah. Hal ini tidak terlepas dari kedudukan Yerusalem sebagai kota suci bagi tiga agama samawi: Yahudi, Kristen, dan Islam," ujar Yus.

Yus menilai isu-isu tersebut berpotensi mengganggu keamanan dunia serta sedikit banyak, berdampak pada keamanan dalam negeri tanah air. Bahwa hubungan mutualisme antara Amerika Serikat dan Israel merupakan kenyataan politik yang tidak bisa dihindarkan. "Maka, memahami kemitraan strategis Amerika Serikat dan Israel adalah hal pokok untuk merumuskan siasat yang tepat guna dalam mendukung kemerdekaan rakyat Palestina."ujar Yus menegaskan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya