Liputan6.com, Jakarta Perbuatan maksiat tidak hanya dianggap buruk oleh manusia, tetapi juga dilarang oleh agama. Perbuatan terlarang itu menyebabkan hilangnya moral dan etika manusia.
Baca Juga
Advertisement
Karena kemaksiatan dan perbuatan tercela sudah terlampau banyak dilakukan masyarakat, sejumlah kota ini mendapat bencana sebagai bentuk hukuman dari tuhan.
Dirangkum dari Merdeka, berikut tiga kota yang binasa akibat menjadi sumber tempat penuh maksiat.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
1. Kota sodom
Kisah Sodom dan Gomora tertulis dalam kitab suci. Alkisah, kota tersebut hancur dan binasa akibat hujan belerang dan api, yang menjadi ganjaran atas dosa-dosa dan kebejatan moral warganya.
Dikisahkan, Tuhan mengirimkan malaikat yang menyamar sebagai manusia, yang hanya mampu menemukan 10 orang baik di dua kota itu. Dan, azab pun dijatuhkan. Meski demikian, lokasi persis di mana kota-kota tersebut berada masih misterius.
Pada 2015, para arkeolog yang mengekskavasi situs di Tall el Hammam di Yordania menemukan sebuah kota dari Zaman Perunggu yang ciri-cirinya cocok dengan gambaran Sodom.
Sang arkeolog, Steven Collins, menemukan lokasi tersebut sejak tahun 2005. Dia dan timnya menemukan struktur yang diduga dulunya adalah istana, menara-menara, dan benteng pertahanan yang tangguh.
"Saya menyimpulkan, jika seseorang ingin menemukan Sodom, ia harus mencari tahu kota terbesar di Kikkar timur yang ada selama Zaman Perunggu Tengah, zaman Abraham dan Lot," kata dia seperti dikutip dari Sky News.
Situs Tall el Hammam ditemukan di sebelah selatan Lembah Yordania (Jordan Valley), 8 mil di timur laut Laut Mati. Sebuah gundukan besar mendominasi bentang alam di sana. Kota dibagi menjadi dua, bagian bawah dan atas di mana kaum kaya dan elite tinggal.
Para peneliti menemukan bukti tembok pertahanan setinggi 10 meter dan tebalnya 5 meter, jaringan gerbang, menara dan plaza.
Benteng didirikan untuk melindungi warga kaya dari serangan. Kehidupan di sana tersebut terhenti secara mendadak pada akhir Zaman Perunggu Tengah. Menurut para ilmuwan, kota tersebut kemudian terlantar dan ditinggalkan.
Advertisement
2. Kota Pompeii
Kota Pompeii yang hancur akibat letusan Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Ironisnya, abu panas yang dimuntahkan gunung tersebut mengabadikan saat-saat terakhir apapun yang ada di kota kuno Romawi itu.
Ekskavasi yang diawali pada akhir Abad ke-16 menemukan jasad-jasad manusia yang berubah jadi 'batu'. Pun dengan lanskap kota bangunan, simbol-simbol misterius, rumah-rumah mewah para bangsawan, roti yang masih tergeletak dalam oven, juga tempat pelacuran yang dipenuhi fresko erotis serta patung-patung mesum.
Temuan tersebut membuat Pompeii dijuluki 'kota maksiat'. Diperkirakan ada 35 rumah bordil di seantero Pompeii. Yang ditandai dengan lukisan dinding atau fresko erotis.
Para arkeolog harus berhati-hati untuk menentukan lokasi prostitusi dengan bangunan biasa. Sebab, phallus atau bentuk kelamin pria adalah dekorasi yang umum di kota kuno itu. Perlambang keberuntungan. Simbol itu dilukis di mana pun. Di rumah, jalanan, juga pasar.
3. Kota Baia
Baia bak Las Vegas pada era Kekaisaran Romawi Kuno. Sama-sama dijuluki 'surga dunia'. Pada 2.000 tahun lalu, di sana lah kaum kaya dan berkuasa datang, untuk memuaskan nafsu duniawi mereka. Orang-orang kaya Romawi menghabiskan akhir pekan mereka di kota itu.
Tujuannya, untuk pesta pora. Mereka yang berkantong tebal dan punya kekuasaan membangun vila-vila mewah di area pantai, lengkap dengan spa dan kolam berlapis mozaik keramik yang berkilauan, demi memanjatkan hasrat terliar.
Salah satu warga berduit bahkan memerintahkan pembangunan nymphaeum, monumen dari batu, yang bentuknya mirip gua, dipenuhi patung-patung marmer, yang didedikasikan untuk 'kenikmatan duniawi'. Kota hiburan yang berjarak 30 kilometer dari Naples itu menjadi magnet untuk para penyair, jenderal, siapapun.
Air dengan kandungan mineral dan iklim hangat menarik perhatian masyarakat Romawi Kuno untuk mengunjungi Baia sejak pertengahan Abad ke-2 Sebelum Masehi. Saat itu, kota ini disebut sebagai Daratan Phlegraean (berapi) karena rekahan kawah gunung berapi yang banyak ditemui di sana.
Entah karena kutukan atau peristiwa alami. Secara ilmu pengetahuan, kawasan kota kuno ini telah melalui banyak perubahan selama berabad-abad, melewati berbagai peristiwa vulkanik, permukaannya beberapa kali naik turun akibat panas bumi dan gerak seismik, membuat sebagian besar wilayahnya terkubur di bawah laut hingga kini.
Reporter
Desi Aditia Ningrum
Sumber: Merdeka.com
Advertisement