Liputan6.com, Jakarta - Hutan Amazon ramai diberitakan oleh media di seluruh dunia karena kebakaran besar yang melanda. Kini hutan di Brasil tersebut menjadi perhatian dunia untuk dilestarikan.
Baca Juga
Advertisement
Kejadian yang menimpa hutan Amazon yang menjadi hutan hujan terbesar di dunia. Kebakaran sebagian lahan hutan tersebut memiliki dampak terhadap ekosistem di hutan Amazon serta perubahan iklim dunia. Berikut adalah peran hutan Amazon terhadap perubahan iklim dilansir dari APnews.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hutan Amazon Penghasil 20% Oksigen Dunia?
Walaupun dikatakan bahwa Amazon menghasilkan 20% oksigen dunia. Namun yang jarang diketahui adalah hutan menyerap jumlah oksigen yang sama seperti yang dihasilkan. Sehingga para ilmuwan iklim mengatakan bahwa kebakaran ini tidak secara langsung mengurangi pasokan oksigen dunia.
Advertisement
Paru-Paru Planet
‘Paru-paru planet’ merupakan salah satu panggilan untuk hutan Amazon. Carlos Nobre, Ilmuwan Iklim dari Universitas Sao Paulo, kurang setuju dengan panggilan tersebut. Ia menggambarkan peran Amazon sebagai bak cuci.
Hutan Amazon menguras karbon dioksida yang memerangkap panas dari atmosfer. Amazon menyerap hingga 2 miliar ton CO2 per tahun (5 persen dari emisi tahunan). Fakta tersebut menjadikan hutan Amazon menjadi bagian penting untuk mencegah perubahan iklim.
Tanda-Tanda Perubahan Amazon Menjadi Sabana
Kebakaran hutan Amazon menyebabkan hilangnya penyerap karbon dunia. Tetapi api dari kebakaran itu sendiri telah memproduksi jutaan ton karbon setiap harinya. Nobre mengatakan bahwa hutan Amazon telah dekat dengan ‘titik kritis’ yang akan mengubah hutan lebat menjadi sabana tropis.
“Sayangnya, kita sudah melihat tanda-tanda Amazon berubah menjadi sabana. ni bukan hanya teoretis lagi, ini sudah terjadi," kata Nobre merespon musim kemarau yang semakin panjang.
Advertisement
Ulah Manusia
Kebakaran di Amazon merupakan ulah manusia. Pembersihan lahan illegal untuk peternakan dan perkebunan yang banyak terjadi menjadi penyebab utamanya.
“Jumlah kebakaran meningkat karena orang berpikir penegakan hukum tidak akan menghukum mereka,” ucap Nobre.
Penulis:
Timothy Juliano
Universitas Multimedia Nusantara