Liputan6.com, Jakarta Varian Delta telah mengubur harapan banyak orang akan pandemi COVID yang segera berakhir. Sebagai akibat dari varian yang menyebar cepat ini, kasus COVID-19, rawat inap, dan kematian melonjak di seluruh dunia.
Baca Juga
Advertisement
Vaksinasi tetap merupakan cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari virus dan varian baru apa pun. Tetapi penelitian baru telah menunjukkan bahwa vaksinasi saja mungkin tidak cukup untuk melindungi Anda dari Delta dan varian lainnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Vaksinasi tak cukup mengurangi munculnya varian baru virus
Sebuah penelitian yang diterbitkan 30 Juli di Scientific Reports menggunakan model matematika untuk memprediksi kemungkinan penyebaran dan perubahan virus corona lebih lanjut. Para peneliti menemukan bahwa meskipun tingkat vaksinasi yang cepat mengurangi kemungkinan virus berubah dan berkembang, itu mungkin tidak cukup jika pembatasan lain telah dicabut.
Faktanya, para peneliti mengatakan peningkatan vaksinasi bersamaan dengan pencabutan tindakan pencegahan COVID sebenarnya dapat menghasilkan lebih banyak varian yang resistan terhadap vaksin.
"Ketika relaksasi intervensi non-farmasi terjadi pada saat sebagian besar individu dari populasi telah divaksinasi, kemungkinan munculnya strain resisten sangat meningkat," penulis penelitian menjelaskan.
Â
Advertisement
Penggunaan masker dan jaga jarak tetap harus dilakukan
Menurut penelitian tersebut, intervensi non-farmasi, seperti masker dan jarak sosial, harus tetap dilakukan bagi orang-orang, termasuk mereka yang sudah divaksinasi. Ini dilakukan agar orang-orang tersebut tetap terlindungi dari varian Delta dan varian lain yang muncul sepanjang periode vaksinasi.
"Ketika kebanyakan orang divaksinasi, strain yang resistan terhadap vaksin memiliki keunggulan dibandingkan strain asli," rekan penulis studi Simon Rella, dengan Institute of Science and Technology Austria menjelaskan pada CNN.
"Ini berarti strain yang resistan terhadap vaksin menyebar ke seluruh populasi lebih cepat pada saat kebanyakan orang divaksinasi."
Â
Ada peluang menghilangkan mutasi virus
Namun menurut Rella, "Ada peluang untuk menghilangkan mutasi yang resistan terhadap vaksin dari populasi," jika tindakan pencegahan COVID tetap dipertahankan.
Studi ini mendukung keputusan baru-baru ini dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), di mana badan tersebut kembali memberlakukan penggunaan masker untuk individu yang sudah divaksinasi. CDC mengatakan orang yang divaksinasi di AS harus kembali mengenakan masker di daerah-daerah di mana ada lebih dari 50 infeksi baru per 100.000 dalam seminggu.
"Individu yang sudah divaksinasi dan memakai masker seharusnya tidak berpikir ini tidak ada gunanya tetapi harus berpikir bahwa ada strain yang resisten terhadap vaksin yang berkeliaran," ujar rekan penulis studi Fyodor Kondrashov, PhD, juga dari Institute of Science and Technology Austria.
"Dengan mencegah penyebaran strain yang resisten terhadap vaksin, Anda mencegah evolusi virus ini," tutupnya.
Advertisement