Seberapa Sering Buang Air Besar Setiap Hari Dikaitkan dengan Risiko Penyakit Jantung

Serangan jantung seringkali bisa terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 04 Okt 2022, 13:04 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2022, 13:04 WIB
Gambar Ilustrasi Buang Air Kecil di Kamar Mandi
Sumber: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Serangan jantung seringkali bisa terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga. Namun, dalam banyak kasus, tubuh Anda sebenarnya bisa mengirimkan sinyal melalui gejala lain yang bisa menyiratkan serangan jantung yang akan datang, atau fakta bahwa Anda berisiko terkena serangan jantung di masa depan.

Salah satu indikasi tersebut bisa ditemukan pada frekuensi buang air besar atau BAB harianmu. Melansir dari Times of India, Selasa (4/9/2022), para peneliti telah meneliti hubungan antara frekuensi buang air besar dan penyakit vascular dan non-vaskular utama di luar sistem pencernaan.

Para peneliti menganalisis data dari 487.198 peserta, berusia 30 hingga 79 tahun. Data diperoleh dari China Kadoorie Biobank di mana peserta dari 10 wilayah geografis yang beragam di seluruh China terdaftar antara tahun 2004 dan 2008.

Pada awal penelitian, para peserta tidak mengalami kanker, penyakit jantung, atau stroke. Para peserta ditindaklanjuti selama rata-rata 10 tahun.

Para peneliti menemukan bahwa peserta yang buang air besar “lebih dari sekali sehari” memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung iskemik (juga disebut jantung koroner) bila dibandingkan dengan kelompok referensi yang buang air besar “sekali sehari.” Penyakit jantung koroner seringkali merupakan awal dari serangan jantung.

Seiring dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan serangan jantung, BAB juga terlihat dengan berbagai komplikasi kronis lainnya, seperti gagal jantung, penyakit paru obstruktif kronik, diabetes melitus tipe 2 dan penyakit ginjal kronis.


Frekuensi BAB tinggi dan rendah juga bisa menjadi masalah

Ilustrasi tisu toilet
Ilustrasi tisu toilet (pixabay.com/Filmbetrachter)

Jika frekuensi yang lebih tinggi bisa menjadi masalah, maka frekuensi yang lebih rendah juga bisa menjadi masalah.

Para peneliti menemukan bahwa frekuensi buang air besar terendah (kurang dari tiga kali seminggu) juga dikaitkan dengan risiko penyakit jantung iskemik, stroke iskemik dan penyakit ginjal kronis yang lebih tinggi.

“BMF (frekuensi buang air besar) dikaitkan dengan risiko masa depan beberapa penyakit vaskular dan non-vaskular. Integrasi penilaian BMF dan konseling kesehatan ke dalam perawatan primer harus dipertimbangkan,” kesimpulan penelitian.

Mengetahui tentang tanda ini bisa membantu orang untuk memantau dan mengatur gerakan usus mereka untuk kesehatan tubuh dan jantung yang sehat.


Gagal jantung dan sembelit

Menjaga Kesehatan Jantung
Ilustrasi Kesehatan Jantung Credit: pexels.com/Gerald

Orang dengan gagal jantung cenderung mengalami sembelit karena beberapa alasan seperti asupan cairan yang berkurang, mobilitas yang berkurang seperti kurang berjalan atau aktif melakukan aktivitas fisik lainnya.

Obat-obatan, kehilangan nafsu makan, asupan serat yang buruk dan berkurangnya aliran darah ke saluran pencernaan juga merupakan beberapa faktor yang bisa menyebabkan sembelit.


Gejala langsung serangan jantung

Menangkal Penyakit Jantung
Ilustrasi Penyakit Jantung Credit: pexels.com/Nero

Setiap individu harus menyadari gejala serangan jantung yang umum untuk memeriksakan diri ke dokter segera jika mereka mengalaminya. Menurut British Heart Foundation (BHF), ini termasuk:

  • Sakit dada
  • Sesak napas
  • Nyeri menjalar ke seluruh tubuh
  • Merasa lemah
  • Mual
Infografis jantung kemkes
Infografis jantung kemkes
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya