Pamungkas dan Budaya Cancel Culture: Citra, Ekspresi, dan Kesempurnaan Public Figure

Apakah penyanyi Pamungkas terkena budaya cancel culture atas apa yang dilakukannya?

oleh Renta Nirmala Hastutik diperbarui 10 Okt 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2022, 14:00 WIB
Pamungkas. (Instagram/pamunqkas)
Pamungkas. (Instagram/pamunqkas)

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Pamungkas baru-baru ini menjadi viral dan sorotan setelah aksi tidak senonoh yang ia lakukan di atas panggung.

Potongan video yang viral di media sosial menunjukan saat Pamungkas sedang menyanyikan sebuah lagi di atas panggung, ia mengambil salah satu ponsel milik penonton dan menggesek ponsel itu ke alat vitalnya.

Video tersebut secara cepat menyebar kepada masyarakat dan sontak menuai banyak komentar dari warganet.

Banyak yang mengaku risih, kecewa, dan menyayangkan aksi yang dilakukan oleh Pamungkas. Tidak sedikit pula komentar yang mengatakan aksi yang Pamungkas lakukan merupakan suatu tindakan pelecehan seksual.

Akibatnya banyak warganet yang melakukan cancel culture kepada Pamungkas dengan berbagai macam cara.

Seperti melakukan unfollow pada akun media sosialnya, tidak mendengarkan lagu-lagu karya Pamungkas, dan adapula yang batal menonton konsernya padahal sudah membeli tiket.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan cancel culture itu sendiri? Serta mengapa budaya ini kerap kali diberikan kepada public figure ketika mereka membuat suatu kesalahan?

Mengutip dari laman The Whit Online, Rabu (21/09) budaya cancel culture berada adalah cara untuk 'secara adil' menghukum pesohor atas tindakan yang mereka lakukan ketika tindakan tersebut dianggap dapat menyebabkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan di media.

Budaya ini dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada karier seseorang. Banyak orang dengan cepat melupakan setiap hal baik yang telah dilakukan seorang selebritas karena satu insiden buruk.

Dalam beberapa kasus, kontribusi dan tindakan positif selama bertahun-tahun seorang selebriti untuk publik bisa sia-sia dalam hitungan hari atau bahkan menit.

Standar Tinggi kepada Public Figure

Masalah utama yang muncul dalam budaya cancel culture ini adalah bahwa masyarakat dan warganet terus memegang kendali kepada para tokoh masyarakat.

Public figure mempunyai standar yang lebih tinggi daripada orang biasa, lantaran seluruh tindakan mereka baik perkataan, gaya busana, dan tingkah laku harus nyaris sempurna.

Itulah yang menjadikan acuan ketika ada public figure yang melakukan kesalahan, publik langsung melakukan respons terutama mereka membanjiri akun media sosial mereka dengan berbagai macam komentar.

Hal ini kemudian menjadi perbincangan, apakah seseorang yang sudah berkarier selama bertahun-tahun dengan membuat karya, ia harus kehilangan seluruh citra yang dimiliki hanya karena suatu tindakan bodoh yang dilakukan.

Namun, perlu ditegaskan lagi jika tindakan yang dilakukan oleh public figure itu merupakan suatu tindakan kriminal seperti narkoba, pelecehan seksual, dan kekerasan tidak ada lagi tempat untuk mereka bisa tampil di depan publik lagi.

Karena public figure adalah seseorang yang mampu memberikan pengaruh pada orang banyak ada baiknya jika mereka melakukan suatu tindakan kriminal untuk menutup lagi akses yang mereka punya dalam media.

 

Jangan Gampang Menghakimi

FOTO: Johnny Depp Bersaksi di Sidang Pencemaran Nama Baik Amber Heard
Aktor Johnny Depp bersaksi pada persidangan pencemaran nama baik di Fairfax County Circuit Courthouse, Fairfax, Virginia, Amerika Serikat, 19 April 2022. Johnny Depp menggugat mantan istrinya, Amber Heard, atas pencemaran nama baik. (JIM WATSON/POOL/AFP)

Dalam beberapa kasus yang ditemui, publik seringkali telah melakukan cancel culture terhadap seorang pesohor tanpa mengetahui kebenaran yang terjadi.

Seperti kasus Johnny Deep, seorang aktor yang mengalami pemboikotan secara masal setelah publik meyakini bahwa ia telah melakukan kekesaran terhadap mantan istrinya, Amber Heard.

Johnny Deep harus kehilangan karier yang telah dibangun selama bertahun-tahun serta kehilangan banyak proyek film yang telah ia kerjakan.

Namun, beberapa tahun setelahnya baru terbukti bahwa apa yang diyakini oleh publik merupakan suatu kesalahan.

Aktor ini dapat bangkit dan kembali menata kariernya meskipun sudah banyak orang yang terlanjur menerapkan suatu cancel culture kepadanya.

Lewat kasus Johhny Deep publik harus belajar bahwa tidak seharusnya untuk menghakimi seseorang tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Publik harus melihat dari semua sisi dan statement atau pernyataan resmi sebelum menerapkan suatu tindakan pemboikotan.

Apakah Cancel Culture sama dengan Membenci?

Seringkali banyak ditemui tindakan berlebihan oleh publik dalam menanggapi suatu kesalahan yang dilakukan oleh public figure.

Banyak public figure khususnya mereka yang mempunyai banyak fans fanatik harus sangat berhati-hati dalam melakukan tindakan mereka.

Para pesohor ini mempunyai pengaruh yang sangat besar kepada para penggemar sehingga apa yang ingin mereka lakukan harus penuh dengan kehati-hatian.

Banyak penggemar yang berbalik dari mendukung idola mereka yang kemudian melakukan cancel culture kepada idola mereka sendiri setelah sang idola melakukan suatu kesalahan.

Pada akhirnya muncul suatu tindakan dan komentar-komentar kasar seputar kebencian yang berawal dari rasa kekecewaan mereka terhadap para idola mereka.

Untuk itu, sedari awal kita harus menyadari bahwa public figure sekalipun mereka adalah seorang manusia biasa yang mempunyai sisi baik dan buruk.

Ketika mereka melakukan suatu kesalahan, publik boleh saja melakukan cancel culture dengan cara yang bijak.

Infografis Artis Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba
Infografis Artis Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya