Liputan6.com, Jakarta - Semua makhluk hidup pasti buang air besar. Tapi, pernahkah kamu memikirkan mengapa feses yang kita keluarkan bewarna cokelat?
Meskipun pertanyaan ini seperti guyonan, tapi dokter akan memberi tahu Anda bahwa warna feses bukanlah perkara candaan.
Advertisement
Feses biasanya memang berwarna cokelat sebagai tanda bahwa tidak ada makanan yang berguna terbuang sia-sia dari tubuh. Tubuh memecah hampir semua sumber energi yang diperoleh dari apa yang kita makan, dan salah satu zat kunci yang digunakan tubuh untuk memecah dan menyerap nutrisi adalah empedu.
Advertisement
Empedu itu sendiri berwarna kuning-hijau dan perannya dalam pencernaan menyebabkan warna cokelat pada feses.
"Empedu memainkan peran penting dalam pencernaan dan penyerapan nutrisi usus seperti kolesterol, lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak," kata profesor kedokteran di Albert Einstein College of Medicine di New York, Dr David Q.H. Wang, kepada Live Science, Rabu (21/12/2022).
“Selama makan, empedu dilepaskan ke usus kecil. Di dalam usus, bilirubin diubah menjadi urobilinogen dan kemudian direduksi menjadi stercobilinogen. Baik urobilinogen maupun stercobilinogen tidak berwarna. Tapi, stercobilinogen dioksidasi menjadi stercobilin yang diekskresikan dalam feses," sambungnya.
Stercobilin bertanggung jawab atas warna cokelat pada kotoran manusia.
"Perlu diketahui bahwa feses manusia biasanya berwarna cokelat muda ke cokelat tua dan terdiri dari kombinasi turunan bilirubin, terutama stercobilin dan beberapa urobilin," jelas Wang.
"Semakin lama stercobilin teroksidasi, maka feses akan semakin gelap. Warna feses juga tergantung pada kesegaran feses, konsentrasi stercobilin, dan rasio stercobilin/urobilin,” tambah Wang.
Bagaimana Jika Feses Tidak Berwarna Cokelat?
Lalu, apa artinya jika feses yang Anda keluarkan tidak berwarna cokelat?
Dokter kerap memperhatikan warna feses kita karena perubahan warna tinja bisa menjadi tanda peringatan adanya masalah gastroenterologi. Namun, tidak semua feses yang berubah warna perlu dikhawatirkan.
"Dalam beberapa kasus, makanan tertentu dapat mengubah warna feses," kata Wang.
"Misalnya, feses bisa berwarna hijau karena makan permen licorice, karena biasanya dibuat dengan minyak adas manis daripada ramuan licorice. Feses bisa berubah menjadi hitam jika sejumlah makanan yang mengandung darah hewan (seperti darah babi) dikonsumsi," lanjutnya.
Tapi, tak perlu khawatir jika perubahan warna tersebut hanya terjadi sesekali saja.
Namun terkadang, kondisi medis dapat memengaruhi bagaimana tubuh kita memproses atau menyerap berbagai nutrisi yang kemudian dapat memengaruhi warna feses yang kita keluarkan.
Advertisement
Feses yang Buruk
Normalnya, feses manusia berwarna cokelat muda hingga cokelat tua, sesuai dengan kondisi fisiologis mereka.
"Namun, dalam beberapa kondisi patologis, warna tinja berubah. Misalnya, ketika semua jenis saluran empedu terhalang yang dapat terjadi karena berbagai kondisi biasanya menghasilkan warna feses seperti cat perak atau seperti warna aluminium yang bernoda," ujar Wang.
Warna lain pada feses juga bisa menjadi tanda penyakit.
"Feses bisa berwarna hitam karena sel darah merah tinggal di usus cukup lama untuk dipecah oleh enzim pencernaan," ucap Wang.
Hal tersebut, lanjut Wang, disebut melena dan biasanya disebabkan oleh pendarahan gastrointestinal bagian atas, seperti pendarahan dari ulkus peptikum di duodenum (bagian paling atas dari usus kecil) dan perut.
"Jika Anda melihat perubahan warna kotoranmu, Anda harus menemui dokter sesegera mungkin," tambahnya.
Kenapa Terkadang Feses Mengambang dan Sulit Disiram?
Selain memperhatikan warna, mungkin banyak dari kita kerap memperhatikan feses kita mengambang dan sulit disiram saat buang air besar. Lalu, mengapa hal tersebut terjadi?
Menurut dokter spesialis gastroenterologi, Sameer Islam, hal tersebut terjadi karena kelebihan gas.
"Apabila hal tersebut terjadi hanya sesekali, maka mungkin hanya kelebihan gas yang terperangkap di dalam tinja setelah mengonsumsi jenis kacang-kacangan. Namun, jika ada banyak alasan kotoran yang mengapung, salah satu yang paling umum disebut steatorrhea, atau minyak (atau lemak) di dalam tinja," kata Sameer.
Seperti yang kita ketahui, air dan minyak tidak bercampur, sehingga mampu meningkatkan daya apung tinja. Menurut Sameer, minyak berlebih dalam tinja ini mungkin disebabkan oleh pertumbuhan abnormal bakteri jahat.
Misalnya, kondisi seperti penyakit celiac atau penyakit crohn, atau pertumbuhan bakteri usus halus yang berlebihan. Dia juga menambahkan bahwa terlalu banyak serat dalam makanan juga dapat menyebabkan tinja mengapung.
Melansir dari Md-health, adapun penyebab tinja mengapung lainnya yaitu karena perubahan diet (pola makan), kondisi suatu penyakit, seperti malabsorbsi, intoleransi laktosa, penyakit celiac (inflamasi usus halus setelah mengonsumsi gluten), kista fibrosis, Short Bowel Syndrome (usus tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik).
Selain itu, ada pula penyakit langka lainnya seperti Bassen-Kornzweig syndrome (usus berhenti menyerap lemak), Biliary atresia (saluran yang tidak terbentuk dengan normal, yang mempersulit usus menyerap lemak), Disaccharidase deficiency (ketiadaan enzim seperti isomaltase dan sukrase yang memecah pati dan gula), dan Pankreatitis kronis (karena batu empedu, alkoholisme, atau masalah dengan sistem kekebalan).
Namun, dia mengatakan bahwa Anda tidak perlu khawatir apabila tinja mengapung, kecuali jika disertai gejala lain, seperti nyeri, mual, tidak enak badan.
Advertisement