Seminar Bisnis CropLife Indonesia dan PRISMA, Dorong Pemasaran Pertanian yang Edukatif

Seminar ini menghadirkan produsen produk perlindungan tanaman, komisi pestisida, asosiasi pertanian, serta pakar pemasaran, yang berbagi hasil riset dan pengalaman.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 18 Jul 2024, 20:02 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2024, 20:02 WIB
Seminar Bisnis CropLife Indonesia dan PRISMA, Dorong Pemasaran Pertanian yang Edukatif
Seminar Bisnis CropLife Indonesia dan PRISMA, Dorong Pemasaran Pertanian yang Edukatif (doc: CropLife)

Liputan6.com, Jakarta CropLife Indonesia, asosiasi industri benih dan perlindungan tanaman, bersama PRISMA, program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk pertumbuhan pasar pertanian nasional, menggelar seminar bertajuk "Navigating Business Growth: Customer Education and Women's Sales Excellence" di Jakarta pada 17 Juli.

Seminar ini menghadirkan produsen produk perlindungan tanaman, komisi pestisida, asosiasi pertanian, serta pakar pemasaran, yang berbagi hasil riset dan pengalaman. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang peluang dan tantangan dalam edukasi konsumen dan model bisnis inklusif dalam sektor perlindungan tanaman.

CEO PRISMA, Mohasin Kabir, dalam sambutannya memaparkan bahwa studi PRISMA tahun 2024 menunjukkan perusahaan yang menerapkan strategi pemasaran berbasis edukasi memiliki brand awareness 56% lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan strategi hard selling. "Agen lapangan perempuan dapat mendongkrak pertumbuhan bisnis perusahaan agrokimia karena lebih efektif menjangkau segmen petani perempuan dan petani usia lanjut," ujar Mohasin.

Lebih lanjut, Mohasin menambahkan, "Masih rendahnya partisipasi petani perempuan dalam upaya-upaya perlindungan tanaman, khususnya dalam mengatasi penyakit tanaman dan hama, menjadikan perusahaan belum bisa menjangkau lebih banyak konsumen di segmen ini."

 

Pentingnya edukasi bagi petani Indonesia

Prof. Dadang Hermana, Ketua Tim Teknis Komisi Pengawas Pestisida, menekankan pentingnya edukasi bagi petani Indonesia yang masih memiliki tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi rendah. "Peningkatan pengetahuan pengguna, cara aplikasi, mutu pestisida, pengawasan pestisida, dan penguatan regulasi adalah kolaborasi yang harus dilakukan stakeholder agar penggunaan pestisida di Indonesia semakin baik serta kesejahteraan petani ikut meningkat," kata Dadang.

Studi PRISMA tahun 2024 dengan topik "Pemasaran Berbasis Edukasi: Potensi dan Rekomendasi" merekomendasikan peningkatan kegiatan edukasi petani, perluasan cakupan topik edukasi, dan evaluasi reguler atas kegiatan edukasi.

 

Pentingnya edukasi konsumen

Agung Kurniawan, Direktur Eksekutif CropLife Indonesia, menekankan pentingnya edukasi konsumen dalam keberlanjutan penggunaan produk-produk perlindungan tanaman. "Perusahaan agrokimia harus menyadari bahwa masih banyak petani kita yang tidak memiliki pengetahuan memadai mengenai praktik pertanian yang baik," ujarnya. "Insight dari studi PRISMA penting untuk memperkaya diskusi seminar hari ini," tambah Agung.

Seminar ini juga menghadirkan diskusi panel yang melibatkan perwakilan industri perlindungan tanaman, asosiasi pertanian, dan pengamat pasar seperti MarkPlus Institute, Syngenta, FMC Indonesia, Sumitomo Chemical Asia, CropCare, PRISMA, dan CropLife Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya