Konflik Ruhut Sitompul dan Boni Hargens Tidak Perlu Terjadi

Masyarakat Indonesia harus mampu menghargai kebhinekaan yang secara kodrati sudah membentuk Keindonesiaan kita.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Des 2013, 12:45 WIB
Diterbitkan 18 Des 2013, 12:45 WIB
boni-ruhut-1311208c.jpg
Citizen6, Jakarta: Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Bentuk keragaman masyarakat Indonesia bisa kita lihat dalam dua kelompok besar, yaitu keragaman suku bangsa dan budaya. Indonesia terdiri atas 5 pulau besar. Pulau tersebut adalah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Setiap satu pulau didiami lebih dari satu suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kehidupan beragam. Mulai dari yang masih primitif hingga modern. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya.

Indonesia merupakan negara kesatuan yang terbentuk dari berbagai suku bangsa. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah suku bangsa di Indonesia. Diperkirakan ada 300 sampai 500 suku bangsa yang tinggal di Indonesia. Keragaman suku bangsa di Indonesia antara lain disebabkan: (1) perbedaan ras asal; (2) perbedaan lingkungan geografis; (3) perbedaan latar belakang sejarah (4) perkembangan daerah; (5) perbedaan agama atau kepercayaan, dan (6) kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, konflik antara Boni Hargens dengan Ruhut Sitompul kiranya tidak perlu terjadi. Kita menyadari bahwa keberagamanlah yang melahirkan Indonesia. Bangsa yang majemuk dengan berbagai potensi sumber daya alam dan manusia yang berlimpah. Kiranya sudah khatam kita membicarakan perbedaan, toleransi hinggga pluralisme. Dunia sempat merasakan perang saudara dan penjajahan terhadap bangsa lain. Perang/ penjajahan yang di akibatkan oleh masalah suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Di Indonesia konflik sara pun pernah dan kerap terjadi. Hal itu terutama di daerah-daerah terpencil dan tertinggal.

Untuk itu, masyarakat Indonesia harus mampu menghargai kebhinekaan yang secara kodrati sudah membentuk Keindonesiaan kita. Bahwa di negara yang Bhineka Tunggal Ika ini, tidak ada satu manusia pun yang boleh merendahkan/melecehkan sesamanya. Melecehkan orang lain sama artinya dengan menghidupkan kembali politik apharteid yang telah di hapus d muka bumi.

Di Indonesia sendiri, hal tersebut telah di atur dalam Undang-Undang nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnik. Masyarakat harus mampu menghargai perbedaan sebagai sebuah kekayaan yang indah bukan sebagai sebuah ancaman. Bangsa ini harus mampu mengambil contoh dari beragai konflik-konflik tersebut. Menghargai perbedaan dan menjaga toleransi antar sesama manusia.

Untuk itu, perseteruan antara Boni dan Ruhut kiranya sedapat mungkin harus diselesaikan secara kekeluargaan. Bukan menggunakan otot apalagi pengerahan massa yang justru memperkeruh suasana. Diperlukan kelogowoan hati dari tiap individu untuk saling memaafkan satu sama lain, sehingga kasus tersebut tidak perlu hingga menjadi persoalan hukum.

Sebagai publik figur harus mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Bukan saling menaikkan ego masing-masing yang mampu memberikan pembodohan pada masyarakat. Jangan sampai konflik ini dibiarkan berlarut-larut sehingga menimbulkan perpecahan bagi rakyat indonesia dan berimbas pada kembali mencuatnya konflik sara di berbagai daerah. Akibat dari pembodohan intelektual dari para publik figur Indonesia. Karena setiap manusia adalah sama di mata Tuhan dan hukum yang berlaku di Indonesia. (mar)

Penulis
Darma Persada ((Aktif pada  Forum Dialog Pertahanan Sipil)
Jakarta, masdarsxxx@gmail.com

Baca Juga:

Konflik Ruhut-Boni Hargens, Jangan Memancing di Air Keruh
Pemilu 2014: Quo Vadis Mencari Negarawan
Gratifikasi Pak Penghulu


Disclaimer

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai 16 Desember sampai 27 Desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya