Liputan6.com, Jakarta - Platfrom pertukaran aset kripto terbesar, Binance akan investasi USD 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun (asumsi kurs Rp 14.347 per dolar AS) di Forbes. Hal itu dengan mengambil alih saham melalui special purpose acquisition company (SPAC).
Hal ini disampaikan perusahaan pada Kamis, 10 Februari 2022. Investasi yang dilakukan oleh platform pertukan aset kripto utama dunia berdasarkan volume perdagangan ini praktis menggantikan setengah dari komitmen para pemodal sejumlah USD 400 juta setara Rp 5,7 triliun (estimasi kurs Rp 14.359 per dolar AS).
Baca Juga
Kesepakatan ini diharapkan selesai pada akhir Maret. Hal ini disampaikan Forbes dan Magnum Opus mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
"Transaksi dengan Magnum Opus dan Binance dapat membantu Forbes memaksimalkan value brand majalah dan perusahaannya," ujar perusahaan, demikian mengutip laman Channel News Asia, Jumat (11/2/2022).
Pada Agustus, Forbes menyampaikan pihaknya akan go public dengan perusahaan SPAC Magnum Opus dalam upaya guna membangun transisi digital dan mengejar peluang lebih lanjut untuk pertumbuhan.
Binance menjatuhkan gugatan terhadap Forbes pada Februari tahun lalu. Sementara pada 2020, platform pertukatran aset kripto menggugat perusahaan dan dua jurnalis atas berita yang diterbitkan Forbes mengenai struktur perusahaan bursa.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Binance Batasi 281 Akun Pengguna dari Nigeria
Sebelumnya, Binance Holdings Ltd, salah satu bursa kripto terbesar di dunia, mengatakan pihaknya telah membatasi akun pribadi beberapa pengguna Nigeria untuk mematuhi peraturan anti pencucian uang dan memastikan keamanan platform bagi para pengguna.
"Mekanisme perlindungan seperti Know Your Customer (KYC), tindakan anti pencucian uang, kolaborasi dengan penegak hukum, dan pembatasan akun ada untuk memastikan komunitas kami tetap terlindungi," isi pernyataan perusahaan, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Senin, 31 Januari 2022.
"Sekitar 281 akun Nigeria telah terdampak oleh pembatasan akun pribadi ini, dengan sekitar 38 persen dari kasus ini dibatasi atas permintaan penegakan hukum internasional,” lanjut pernyataan tersebut.
CEO Binance, Changpeng Zhao juga turut memberikan pernyataan terkait masalah yang terjadi pada akun milik warga Nigeria.
"Saat ini, kami telah menyelesaikan 79 kasus dan terus bekerja melalui yang lain. Semua kasus yang tidak terkait dengan penegakan hukum akan diselesaikan dalam waktu dua minggu," kata Changpeng Zhao.
Banyak masyarakat Nigeria yang melakukan perdagangan di platform Binance baru-baru ini mengeluhkan kendala untuk memulai atau menyelesaikan transaksi.
Pengguna dari negara Afrika Barat itu telah menghadapi tantangan perdagangan kripto sejak Bank Sentral Nigeria tahun lalu meminta pemberi pinjaman untuk tidak bertransaksi dengan pertukaran cryptocurrency dan memerintahkan trader mata uang digital untuk menutup akun.
Meskipun demikian, Nigeria masih menggunakan mata uang virtual untuk melakukan lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan Naira, serta untuk mengirimkan uang. Menurut sebuah survei oleh perusahaan bernama Statista, individu di negara tersebut memegang proporsi tertinggi di dunia dari aset per kapita.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement