Pasar Kripto Lesu Jelang Akhir Pekan, Apa Biang Keladinya?

Penyebab utamanya adalah soal industri kripto di AS sedang menghadapi tekanan peraturan.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 10 Feb 2023, 15:47 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2023, 15:14 WIB
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Liputan6.com, Jakarta Menjelang akhir pekan, investor kripto dikejutkan dengan posisi market yang jatuh lebih dalam. Bahkan Bitcoin kembali ke keluar dari zona USD 22.000 atau sekitar Rp 332 juta (asumsi kurs Rp 15.136 per dolar AS). Apa penyebab keruntuhan harga kripto kali ini?

Tim riset Tokocrypto dalam analisis harian yang diterima Liputan6.com, Jumat (10/2/2023) mengungkapkan sentimen bearish masih cukup kuat menghantui market pada pekan ini. 

Ada beberapa penyebab, utamanya adalah soal industri kripto di AS sedang menghadapi tekanan peraturan yang meningkat sejak awal tahun. Ini bahkan memicu diskusi di media sosial tentang apakah pemerintah AS diam-diam mencoba menekan seluruh industri kripto.

“Terbaru yang membuat pasar kripto begitu terpukul karena ada rumor bahwa The Fed dan Comptroller of the Currency (OCC) akan melakukan pelarangan pelayanan bank ke crypto exchange. Hal ini juga berkaitan dengan New York Department of Financial Services (NYDFS) yang melakukan investigasi atas penerbitan stablecoin Paxos,” kata tim riset Tokocrypto.

Tidak hanya itu, kabar yang menyebutkan US Securities and Exchange Commission (SEC) meminta bursa kripto global, Kraken untuk segera menghentikan fitur staking dan membayar denda USD 30 juta atau setara Rp 454,2 miliar juga mendorong market kripto lesu. 

“Berita Kraken mengikuti rumor dari CEO Coinbase, Brian Armstrong, yang mengatakan SEC berniat untuk menyingkirkan staking kripto di AS untuk investor ritel,” jelas tim riset Tokocrypto.

Serangkaian kabar buruk tersebut cukup untuk kembali melemahkan harga kripto. Saat ini kemungkinan besar investor masih takut dan khawatir imbas dari perkembangan regulasi kripto di AS yang belum menunjukan hal positif. Selain itu mereka juga resah dengan data pekerjaan AS terakhir yang kuat dan kelanjutan kebijakan moneter AS dari The Fed yang masih hawkish dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Sama seperti kripto, saham berjangka AS diperdagangkan cenderung turun pada Jumat pagi. Indeks dolar AS (DXY) terpantau kembali level 103 (+0.05) yang memicu penurunan berkorelasi terbalik di seluruh aset berisiko, termasuk kripto dan saham.

Diproyeksikan selama akhir pekan nanti, Bitcoin belum mampu untuk meneruskan laju naik atau tidak berhasil bounce. Tekanan jual masih besar dan belum menjadi momen baik untuk mengakumulasi BTC. Prediksi dalam waktu dekat BTC akan kembali ke level USD 21.000 atau Rp 317 juta.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya