Harga Bitcoin Sentuh Rp 1,7 Miliar, Ekonomi AS jadi Sentimennya

Kenaikan Bitcoin juga didukung oleh data makroekonomi AS yang positif dengan kenaikan inflasi sebesar 2,7%.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Des 2024, 15:11 WIB
Diterbitkan 18 Des 2024, 15:11 WIB
Harga Bitcoin
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (ParStud/depositphotos.com)

Liputan6.com, Jakarta Harga Bitcoin (BTC) kembali mencatat rekor tertinggi pada Selasa (17/12), melampaui USD 107.000 atau sekitar Rp.1,7 Miliar. Kenaikan harga Bitcoin ini dipicu oleh perdagangan whale dan bergabungnya MicroStrategy ke dalam indeks Nasdaq 100 sebagai industri teknologi memperkuat sentimen bullish. Kenaikan Bitcoin juga didukung oleh data makroekonomi AS yang positif dengan kenaikan inflasi sebesar 2,7%.

Adapun analisis on-chain menunjukkan cadangan devisa Bitcoin di bursa yang terus menurun, serta kemungkinan Donald Trump untuk mengeluarkan perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025 mendatang.

Faktor lainnya adalah Fear and Greed Index yang mencapai 80 dari 100, mencerminkan dominasi sentimen “greed” untuk jangka pendek. Sentimen ini mendorong aksi beli spekulatif dan meningkatkan volatilitas pasar.

CEO INDODAX, Oscar Darmawan mengatakan bahwa naiknya posisi Bitcoin mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan pasar terhadap aset digital di tengah dukungan dari pemain institusional besar seperti MicroStrategy.

"Masuknya MicroStrategy ke Nasdaq 100 memberikan validasi tambahan terhadap peran Bitcoin sebagai aset investasi yang semakin diterima secara global," kata Oscar dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (18/12/2024).

Tren Beli Investor

Ia juga mengungkapkan bahwa lonjakan harga Bitcoin didorong oleh penurunan tekanan jual di pasar.

"Analisis on-chain menunjukkan cadangan devisa Bitcoin di bursa terus menurun. Hal ini menandakan banyak investor yang memilih menyimpan aset mereka, yang menjadi pendorong utama dalam reli harga saat ini," bebernya.

Oscar menyebut, indikator Fear and Greed Index yang berada di angka 80 menunjukkan dominasi sentimen optimisme.

"Namun, sentimen ini harus diimbangi dengan kewaspadaan, mengingat volatilitas pasar kripto yang tinggi dapat membawa risiko bagi investor," lanjut dia.

 

Inflasi dan Suku Bunga AS Stabil jadi Pendukung Posisi Bitcoin

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Oscar juga menyoroti peran data makroekonomi AS, salah satunya inflasi, dalam mendukung kenaikan Bitcoin.

"Inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter yang stabil memberikan pondasi bagi Bitcoin untuk terus menarik minat dari berbagai kalangan, termasuk investorinstitusional," jelas Oscar.

Meski demikian, Oscar tetap mengingatkan investor untuk hati-hati dan tidak terbawa euforia semata.

"Meskipun tren makroekonomi mendukung, investor harus tetap berhati-hati dan mempertimbangkan risiko yang ada sebelum mengambil keputusan investasi," jelas dia.

 

Diversivikasi Investasi

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)

Terakhir, Oscar menegaskan pentingnya diversifikasi dalam berinvestasi.

"Jangan hanya terpaku pada Bitcoin. Ada banyak aset digital lain yang memiliki potensi besar, dan memahami fundamentalnya adalah kunci untuk mengambil keputusan investasi yang tepat," imbuhnya.

Dengan kondisi pasar yang positif dan dukungan dari berbagai faktor, Oscar optimis bahwa tren bullish ini akan terus berlanjut, meskipun ia tetap mengingatkan perlunya manajemen risiko yang baik dalam menghadapi dinamika pasar kripto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya