Liputan6.com, Jakarta Virus Corona 2019-nCoV yang mewabah di China menggurat kisah pilu melibatkan seorang remaja penyandang disabilitas. Kabarnya, remaja lelaki usia 17 itu terpaksa tinggal sendiri di rumah hingga menemui ajal setelah ayah dan adiknya dikarantina karena diduga terjangkit Virus Corona.
Yan Cheng, remaja penyandang cerebral palsy, ini tinggal di Provinsi Hubei, China, bersama ayah dan adiknya yang berusia 11 dan memiliki autisme. Yan Cheng beserta ayah dan adik lelakinya meninggalkan Wuhan menuju kampung halaman di Huahe, wilayah Hongan pada 17 Januari untuk merayakan Imlek. Tiga hari kemudian, Yan Xiaowen, ayah Yan Cheng mengalami demam, mengutip South China Morning Post.
Pemerintah setempat kemudian mengambil langkah mengkarantina Xiaowen dan putra keduanya di sebuah fasilitas kesehatan pada 24 Januari. Sementara Yan Cheng tinggal sendiri di rumah tanpa akses makanan, air, dan lainnya.
Advertisement
Khawatir putranya tak ada yang mengurus, Xiaowen kemudian mencari bantuan melalui media sosial Weibo. Ia mengunggah fotonya bersama Yan Cheng serta kartu identitasnya, melansir laman Business Insider, Selasa (11/2/2020).
"Aku memiliki dua putra disabilitas. Putra pertamaku Yan Cheng memiliki cerebral palsy. Dia tak bisa menggerakkan badannya, berbicara, atau pun mengurus dirinya sendiri. Dia sudah tinggal sendirian di rumah selama enam hari tanpa orang yang dapat membantunya mandi atau mengganti pakaian, serta tak ada makanan atau pun minuman di rumah," tulis Xiaowen.
Xiaowen juga mengunggah tangkapan layar ponselnya yang menunjukkan upayanya menghubungi perangkat desa hingga 10 kali hari itu.
"Pemerintah dan rumah sakit-rumah sakit tak memiliki pakaian pelindung lebih. Aku khawatir putraku akan segera meninggal. Tolonglah, tolong kirim pakaian pelindung ke Desa Yanjia di Huahe, Hongan, Provinsi Hubei!" tulis Xiaowen meminta pertolongan melalui Weibo.
Unggahan berikutnya dari Xiaowen menginformasikan bahwa perangkat desa mengatakan bahwa remaja disabilitas itu telah diberi makan dua kali pada 24 dan 28 Januari. Namun, media sosial Xiaowen kemudian menghilang.
Â
Â
Dua Perangkat Desa Dicopot dari Jabatan
Diketahui, semula pemerintah setempat hendak mengkarantina Yan Cheng dan Xiaowen di hotel yang sama pada 29 Januari, namun remaja itu meninggal dunia pada sore harinya. Selain itu, bibi Yan Cheng mengatakan telah memberinya makan tiga kali dan mengganti pakaiannya dua kali dalam kurun waktu 6 hari itu. Kondisi kesehatan sang bibi tak memungkinkannya melakukan perawatan lebih pada Yan Cheng.
Bibi itu mampir untuk merawat Yan Cheng pada Selasa (28/1). Saat itu kondisi Yan Cheng telah menurun. "Dia berbaring di sofa tapi kepalanya menggantung. Wajah dan mulutnya kotor, juga selimutnya. Aku mencuci wajah dan mulutnya dengan air panas, mengganti pakaian dalamnya, dan memberinya minum dan sedikit nasi. Tapi dia sudah tak mampu makan," cerita sang bibi.
Kasus kematian Yan Cheng menjadi viral di media sosial. Hal itu membuat dua perangkat desa setempat dicopot dari jabatannya. Pemerintah pusat pun kemudian melakukan investigasi lebih mendalam mengenai kematian remaja penyandang disabilitas itu.
Â
Advertisement