Kala Pixar Ajak Penonton Lebih Memahami Komunikasi dari Sisi Penyandang Autisme

"Loop" juga banyak dinilai sebagai film yang merepresentasikan penyandang autisme non-verbal dengan otentik

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Jul 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 10:00 WIB
Cuplikan Film Loop (Tangkapan Layar Youtube Pixar)
Cuplikan Film Loop (Tangkapan Layar Youtube Pixar)

Liputan6.com, Jakarta Disney menjadi salah satu studio film yang cukup rajin mengampanyekan soal inklusi lewat karya-karya mereka. Salah satunya adalah lewat film animasi pendek tentang penyandang autisme dari Pixar yang berjudul "Loop."

"Loop" merupakan film animasi pendek berdurasi 9 menit karya Pixar, yang menceritakan gadis penyandang autisme non-verbal berusia 13 tahun, yang bernama Renee.

Film itu sendiri berkisah tentang Renee dan remaja laki-laki bernama Marcus, yang berputar-putar dengan kano di danau, hingga akhirnya berhasil membentuk ikatan setelah upaya yang sulit.

Dikutip dari Indiewire, Minggu (4/7/2021), film yang dirilis tahun 2020 ini disutradarai dan ditulis oleh Erica Milsom. Melalui tokoh Renee, Milsom ingin mengeksplorasi bagaimana seseorang berkomunikasi dan terhubung melalui persepsi sensorik.

Tak hanya mempelajari perilaku autis secara menyeluruh, dia juga mengundang konsultan dari Autistic Self Advocacy Network, untuk menggali lebih dalam karakteristik non-verbal yang membantu menampilkan Renee.

"Saya memperhatikan bahwa dalam film-film yang saya lihat tentang autisme, pengalaman sensorik mereka sering ditampilkan secara negatif," kata Milsom.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Tampilkan Perbedaan Indera

Cuplikan Film Loop (Tangkapan Layar Youtube Pixar)
Cuplikan Film Loop (Tangkapan Layar Youtube Pixar)

Milsom mengatakan bahwa di film "Loop", penonton bisa melihat apa yang dialami Renee. "Dan kami mencoba menampilkannya dalam sebuah adegan di mana dia dan Marcus menyentuh alang-alang.

"Merupakan hal yang luar biasa ketika Anda dapat mengalami sisi positif dari perbedaan indera itu dan mengeluarkan sisi lembut seorang remaja laki-laki."

Film ini sendiri mendapatkan respons yang positif dari berbagai pihak. Beberapa kelompok advokasi juga menilainya sebagai film yang merepresentasikan penyandang autisme secara otentik.

Selain itu, Pixar juga mencitpakan bahasa isyarat visual yang berbeda untuk kedua tokoh di film ini. Pekerjaan yang dilakukan oleh Sylvia Gray Wong ini menyampaikan dua sudut pandang yang berbeda.

Sementara Danielle Feinberg, sinematografer untuk pencahayaan, juga bekerja dengan cepat untuk mengadopsi lima isyarat visual untuk Renee berdasarkan penelitian mereka.

Bekerja Sama dengan Pengisi Suara Autis

Milsom juga mengatakan dirinya puas bekerja sama dengan pengisi suara Renee, Madison Bandy, yang merupakan seorang penyandang autisme. Milsom mengatakan vokalisasi non-verbalnya sangat kuat.

"Ini memberi tahu Anda sesuatu yang harus Anda tafsirkan," kata Milsom. "Dia harus belajar melakukan nada dering dan saya mengarahkannya untuk melakukan respons terhadap bagian-bagian di mana dia harus marah atau sedih."

Namun, kebanyakan dari proses tersebut dilakukan dengan santai dan Bandy lebih banyak melakukan vokalisasi normal. "Kemudian editor kami, Jason (Brodkey) memetakan emosi itu."

Mengutip The Hollywood Reporter, Bandy bahkan harus merekam suaranya di rumahnya sendiri, dikarenakan tidak kondusifnya studio di Pixar untuk memproses sensorik Bandy.

"Loop" dibuat sebagai bagian dari seri film pendek Pixar bertajuk SparksShorts.

Infografis Film Bertema Masa Depan Bumi

Infografis Film Bertema Masa Depan Bumi
Infografis film dengan tema kehancuran bumi di masa depan (Triyasni/Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya