Tangani Anak Disleksia dengan Tepat, Apa Saja Dukungan yang Bisa Diberikan Orangtua?

Disleksia merupakan gangguan membaca, menulis, dan mengeja yang tidak berbahaya. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat maka berisiko menyebabkan kesulitan belajar pada anak di usia sekolah.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Agu 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2021, 15:00 WIB
Tangani Anak Disleksia dengan Tepat, Ini Dukungan yang Bisa Diberikan Orangtua
Tangani Anak Disleksia dengan Tepat, Ini Dukungan yang Bisa Diberikan Orangtua . (dok. Olia danilevich/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Disleksia merupakan gangguan membaca, menulis, dan mengeja yang tidak berbahaya. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat maka berisiko menyebabkan kesulitan belajar pada anak di usia sekolah.

Maka dari itu, dokter umum dari Klikdokter, Dyah Novita Anggraini menyampaikan bahwa peranan orangtua sangat besar dalam menghadapi anak disleksia. Karena pemahaman orangtua sejak dini mengenai disleksia dan penanganan yang tepat dapat memengaruhi masa depan anak.

“Jika ditemukan adanya kaitan gangguan belajar dengan gangguan disleksia pada anak segera konsultasikan dengan psikolog. Selanjutnya psikolog akan memberikan penanganan sejak dini,” kata Dyah mengutip Klikdokter, Jumat (20/8/2021).

Jika masalah disleksia sudah diketahui oleh psikolog, maka penanganannya pun akan terarah. Orangtua sebagai pengasuh yang menghabiskan waktu paling lama bersama anak dapat memberikan beberapa dukungan lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dukungan bagi Anak Disleksia

Selain membawa anak ke psikolog, dukungan lain yang dapat dilakukan adalah berkomunikasi dengan guru di sekolah.

Untuk mengejar ketinggalan belajar anak, orangtua dapat melakukan komunikasi lebih lanjut dengan guru terkait strategi belajar yang terbaik pada anak agar mudah dalam menangkap pelajaran di sekolah.

Orangtua juga dapat menemani dan mendukung anak saat belajar dengan cara:

-Jika materi belajar anak dalam paragraf yang panjang, bantu anak belajar dengan membuat ringkasan dari materi tersebut dengan bentuk poin.

-Tandai kata-kata yang penting dengan stabilo atau spidol berwarna.

-Gabung materi yang berbentuk tulisan dengan materi visual gambar atau video agar anak mudah mengerti.

-Kenalkan anak dengan semua jenis bacaan. Orangtua dapat mengenalkan bacaan apa saja pada anak dan biarkan mereka memilih apa yang ingin dibaca, agar mereka dapat membaca sendiri tanpa adanya paksaan.

-Temukan potensi anak di bidang tertentu dan dukung terus potensinya, sehingga anak merasa nyaman dan tidak tertekan dalam proses belajar.

-Jika anak bosan dalam proses belajar, beri mereka waktu untuk beristirahat atau mendengarkan musik yang disukai.

Apresiasi Anak

Untuk menjaga semangat anak dalam belajar, orangtua dianjurkan untuk memuji setiap pencapaian anak.

“Saat anak berhasil meraih sesuatu jangan lupa berikan apresiasi kepadanya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak, di luar kondisinya yang tampak berbeda dari teman-teman sebayanya,” ujar Dyah.

Agar dapat berbagi cerita dan pengalaman, orangtua juga dapat bergabung dengan komunitas yang berisi para orangtua dari anak-anak disleksia.

Para anggota komunitas dapat memberi semangat dan terus memberikan energi positif satu sama lain. Pasalnya, orangtua juga perlu dukungan dari orang lain. 

“Gangguan disleksia bukan suatu penyakit yang berbahaya. Anak yang mengalami gangguan ini memiliki kecerdasan yang normal, bahkan dapat berpotensi di bidang tertentu.”

“Jangan anggap mereka berbeda namun dukung mereka agar tidak merasa lain dan tetap semangat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari,” pungkas Dyah.

Infografis 4 Kriteria Kontak Erat Pasien COVID-19

Infografis 4 Kriteria Kontak Erat Pasien Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 4 Kriteria Kontak Erat Pasien Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya