Diabetes Bikin Luka Susah Kering dan Berisiko Amputasi, Dokter Saran Cek Kesehatan Rutin Sejak Usia Muda

Diabetes acap kali dikaitkan dengan kondisi disabilitas terutama disabilitas fisik dan tunanetra. Hal ini karena salah satu gejala berat diabetes yakni membuat luka terutama di kaki sulit sembuh.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Nov 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi amputasi
Ilustrasi amputasi. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Diabetes acap kali dikaitkan dengan kondisi disabilitas terutama disabilitas fisik dan tunanetra. Hal ini karena salah satu gejala berat diabetes yakni membuat luka terutama di kaki sulit sembuh.

Luka tersebut bisa menjadi borok dan pertolongan terakhir yang dapat dilakukan adalah amputasi.

Selain gejala berat, diabetes juga memiliki gejala klasik termasuk sering merasa lapar, haus, dan buang air kecil di malam hari.

Banyak makan, tetapi berat badannya semakin lama semakin menurun karena nutrisi di dalam bahan makanan tadi tidak bisa diserap oleh tubuh, sehingga tidak menutrisi sel-sel di dalam tubuh. Gejala lainnya, mudah lelah, lemas, dan mengantuk.

Mengingat berbagai gejala diabetes tak dapat disepelekan, Medical Affairs Kalbe Nutritionals, dr. Adeline Devita menyarankan masyarakat untuk rutin melakukan cek kesehatan sejak usia muda.

“Usia di atas 25 tahun perlu rutin melakukan medical checkup, salah satunya cek gula darah, untuk mendeteksi secara dini jika kadar gula darah tidak dalam batas yang normal, apalagi jika memiliki riwayat keluarga yang mengalami penyakit diabetes,” katanya dalam keterangan pers, ditulis Kamis (17/11/2022).

Diabetes sendiri adalah kondisi tingginya kadar gula di dalam tubuh. Penyakit ini disebut kronik progresif karena umumnya seperti tanpa gejala (silent disease), tapi perlahan akan merusak organ-organ di dalam tubuh.

“Diabetesi (pengidap diabetes) tidak hanya menyerang orang berusia di atas 40 tahun, tetapi bisa terjadi pada orang usia 25-30 tahun. Penyebab orang terkena diabetes bisa karena faktor keturunan atau genetik.”

“Namun, lebih dari 80 persen diabetesi khususnya yang disebut tipe 2 disebabkan oleh lifestyle atau gaya hidup yang sedentary atau jarang beraktivitas fisik,” ujar Adeline.

Pola Makan Kurang Baik

Diabetes juga dipengaruhi pola makan yang kurang baik, biasanya karena camilan yang tidak tepat dan banyak konsumsi makanan manis.

Dalam hal ini, gula darah tinggi bukan hanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang terbuat dari gula saja, tapi juga karbohidrat yang sifatnya sederhana atau yang mudah dipecah menjadi gula, seperti nasi, roti, dan mie.

Adeline memaparkan, apabila diabetes diabaikan, dampak buruknya akan mengalami komplikasi pada pembuluh darah, karena gula darah yang tinggi merusak dinding pembuluh darah. Pembuluh darah saling sambung menyambung satu sama lainnya. Oleh karena itu, dapat merusak pembuluh darah di dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, ginjal, saraf, ataupun mata.

“Mayoritas diabetes tipe 2 biasanya merupakan akibat dari pola hidup yang tidak sehat, oleh karena itu memerlukan tata laksana dengan pilar manajemen diabetes secara komprehensif, yaitu perubahan gaya hidup seperti edukasi, nutrisi, olahraga, dan obat anti diabetes atau menggunakan insulin sesuai dengan pedoman,” kata Adeline.

Tidak Dapat Disembuhkan

Adeline juga menjelaskan soal diabetes tipe 1. Ini merupakan penyakit keturunan atau genetik yang harus diterapi dengan insulin.

Ada pula jenis diabetes gestasional, yaitu saat kehamilan mengalami kadar gula darah tinggi. Namun umumnya, setelah melahirkan, kadar gula darah kembali turun tapi potensi mengalami diabetes melitus di kemudian hari bisa meningkat.

“Diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapi diabetesi dapat hidup aktif dan produktif jika kadar gula darahnya terkontrol. Ada lifestyle changing, yaitu konsumsi bahan makanan sesuai kebutuhan tubuh masing-masing.”

Pola makan harus gizi seimbang, ada komposisi karbohidrat kompleks lepas lambat, protein yang cukup, tinggi serat, memerhatikan sumber lemak baik, serta vitamin dan mineral untuk melengkapi nutrisi harian.

Jumlah Pengidap Diabetes Dunia Meningkat

Tercatat setengah miliar orang di dunia mengidap diabetes. Data ini disampaikan Regional Vice President Merck Biopharma Asia Pacific (APAC) Liz Henderson.

Menurutnya, jumlah pengidap diabetes dunia meningkat tiga kali lipat selama dua dekade terakhir.

Ini sangat mengkhawatirkan mengingat ada sederet masalah kesehatan serius yang dapat berkembang dari diabetes.

“Termasuk penyakit kardiovaskular, penyakit saraf, kebutaan, gagal ginjal, komplikasi mulut dan amputasi anggota tubuh bagian bawah. Diperkirakan 6,7 juta orang meninggal karena penyebab terkait diabetes pada tahun 2021 saja,” kata Liz mengutip CNA, Selasa (15/11/2022).

Ia menambahkan, para ahli dunia tidak meragukan bahwa pandemi COVID-19 menambah beban penyakit diabetes.

Selama tahun pertama pandemi, sebuah penelitian di Eropa menemukan bahwa 1 dari 5 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dengan diabetes meninggal dalam waktu 28 hari setelah masuk.

Di Asia Pasifik, hampir setengah dari semua negara yang disurvei oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) melaporkan sebagian atau seluruhnya terganggu layanan untuk pengobatan diabetes dan komplikasi terkait diabetes.

Studi awal juga menemukan COVID-19 berhubungan dengan peningkatan insiden diabetes pada kelompok remaja.

Fakta Mengenai Risiko Diabetes Melitus
Infografis Journal_ Fakta Mengenai Risiko Diabetes Melitus (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya