Liputan6.com, Jakarta Speech delay adalah sebuah kondisi yang dapat dialami bayi dan anak-anak yang menyebabkan mereka mengalami keterlambatan bicara dan berbahasa.
Menurut konsultan tumbuh kembang anak Eka Hospital Cibubur Lies Dewi N, anak yang mengalami speech delay biasanya mengerti ketika seseorang berbicara. Namun, ia sangat kesulitan untuk mengucapkan dan mengeluarkan kata-kata untuk menjawab.
Baca Juga
Sayangnya, beberapa orangtua masih menganggap bahwa speech delay merupakan hal biasa dan akan hilang dengan sendirinya.
Advertisement
“Padahal kenyataannya, jika tidak ditangani dengan tepat, speech delay dapat memengaruhi masalah sosial, emosional, perilaku, dan kognitif anak, serta akan berdampak buruk ketika mereka dewasa,” kata Lies dalam keterangan pers, Senin (8/5/2023).
Perkembangan Bicara Anak pada Umumnya
Pada umumnya, anak-anak mengalami perkembangan bicara secara bertahap sesuai dengan usia perkembangannya, yakni:
- Pada usia 0 - 3 bulan, biasanya bayi akan bereaksi terhadap suara dan mulai ada cooing (suara pertama bayi untuk mengekspresikan perasaannya).
- Pada usia 6 bulan, anak akan menoleh bila dipanggil namanya dan mulai babbling “bababa, dadada, mamama.”
- Pada usia 9 bulan, anak akan merespons terhadap bahasa yang rutin diucapkan seperti “dadah”, mulai menunjuk, bicara “mama, dada.”
- Di usia 1 tahun, anak mulai mengerti perintah sederhana dan berbicara 1-2 kata.
- Pada usia 2 tahun, anak dapat menunjuk anggota tubuh (body parts), mulai berbicara dan memahami lebih dari 100 kosa kata, serta berbicara dengan kalimat yang terdiri dari 2 kata.
- Beranjak ke usia 3 tahun, anak mulai mengerti perintah dua langkah dan dapat berbicara dengan kalimat yang terdiri dari 3 kata.
Pada Anak yang Mengalami Speech Delay
Sedangkan pada anak yang mengalami speech delay, perkembangan kemampuan bicara ini akan terhambat. Sehingga, menyebabkan mereka tidak dapat berbahasa meski sudah memasuki usianya.
Pada dasarnya, bicara merupakan suatu aktivitas yang dihasilkan dengan melibatkan tiga organ. Yakni otak, telinga, dan mulut.
Otak berfungsi untuk memproses reseptif dan ekspresif anak ketika berbicara. Sedangkan, telinga dan mulut berfungsi untuk mendengarkan dan memproduksi suara saat berbicara.
Anak yang mengalami speech delay bisa diakibatkan karena salah satu organ tersebut mengalami gangguan sehingga menyebabkan proses berbicara mereka terganggu.
Advertisement
Gangguan yang Menyebabkan Speech Delay
Beberapa gangguan yang bisa memicu speech delay menurut Lies yakni:
Gangguan pada Otak
Pada organ otak, beberapa gangguan saraf maupun psikologis seperti maturational delay speech, gangguan bicara spesifik, autisme, hingga disabilitas intelektual bisa menjadi penyebab dari speech delay pada anak.
Gangguan pada Telinga
Telinga bisa menjadi penyebab speech delay jika anak terlahir atau mengalami masalah pada indera pendengarannya, sehingga anak mengalami kesulitan saat mendengar suara.
Gangguan pada Mulut
Gangguan pada mulut bisa membuat anak mengalami kesulitan untuk memproduksi suara atau gangguan artikulasi.
Ciri-Ciri Speech Delay pada Anak
Lies pun menyebutkan ciri-ciri yang mengindikasikan bahwa anak mengalami speech delay. Biasanya gejala ini akan muncul ketika anak mulai menginjak usia 12 bulan. Beberapa ciri tersebut yakni:
- Di usia 12 bulan, anak belum bisa mengoceh (babbling) dan belum menggunakan anggota tubuhnya untuk berkomunikasi seperti menunjuk dengan jari.
- Di usia 16 bulan, anak belum bisa mengungkapkan sebuah kata dengan benar dan hanya terus mengoceh kata tak berarti.
- Di usia 24 bulan, anak belum bisa mengatakan kalimat yang terdiri dari 2 kata dan jumlah kosa kata yang ia kuasai kurang dari 15 kata.
- Kehilangan kemampuan untuk berbicara atau bersosialisasi di usia berapapun.
“Ciri-ciri tersebut disebut juga red flags perkembangan bicara anak dan bisa menandakan anak telah mengalami speech delay. Namun untuk mengetahui secara pasti penyebabnya apa, Anda tetap membutuhkan diagnosa dari dokter,” pungkas Lies.
Advertisement