Liputan6.com, Jakarta Tiga desainer Indonesia, Restu Anggraini, Ria Miranda, dan Sarah Sofyan (Rumah Ayu) plus I.K.Y.K berkolaborasi dengan tiga desainer Australia Baraka Women, dan Amalina Aman, dan Delina dalam engagement event Succedding Together: An Indonesia - Australia Collaboration.
Masing-masing desainer menampilkan enam koleksi busana kepada ratusan penonton di La Trobe Ballroom, Sofitel Melbourne, Sabtu (12/3/2016). Fashion show dibuka dengan karya desainer tuan rumah yang berasal dari Sydney.
Â
Advertisement
Baca Juga
Amalina Anam memamerkan koleksi terbarunya yang terinspirasi dari film Crocodile Dundee yang menggambarkan keindahan flora, fauna, dan alam Australia. Selain itu menunjukkan kebebasan dan optimisme.
Selanjutnya Baraka Woman menampilkan koleksi busana yang minimalis namun penuh kejutan. Baraka merupakan label busana muslim pertama di Australia. Terakhir ada koleksi desainer Delina yang kasual dan unik khas anak muda. Ketiganya bermukim di Sydney.
Dari dalam negeri, Sarah Sofyan dari Rumah Ayu dan Anandia Putri dari I.K.Y.K mengombinasikan gaya khas Rumah Ayu yang feminim nan elegan bersatu dengan style I.K.Y.K yang unik.
Setelah itu, Restu Anggraini dengan label ETU menampilkan enam look pilihan dari koleksi yang sebelumnya dipamerkan di Virgin Australia Melbourne Fashion Festival 2016. Ini merupakan yang kedua kalinya Etu memamerkan koleksinya pada publik Australia.
Disusul dengan koleksi desainer Ria Miranda yang membawa koleksi Legacy dari Jakarta Fashion Week 2016 dan koleksi terbarunya Takana. Masih mengusung adat Minang dengan corak motif songket berpotongan modern.
"Kami senang sekali bisa satu panggung dan berkolaborasi dengan desainer Indonesia. Kami saling memberi masukan bagaimana target menembus pasar Australia begitu juga kami diberi tips untuk masuk di pasar Indonesia," papar Eisha pemilik Baraka Woman saat berbincang dengan Liputan6.com usai show.
Hal senada juga diungkap Delina yang merasa terhormat diajak bergabung dalam kolaborasi ini. Baginya, desainer busana muslim Indonesia menjadi panutan untuk mendobrak pasar global dan menciptakan tren dunia.
"Di Australia, bisa dihitung dengan tangan desainer busana muslimnya. Sebab itu, saya merasa beruntung bisa kenalan langsung karena desainer Indonesia punya pandangan jauh ke depan demi memperluas marketnya. Saya banyak belajar dari mereka," cerita Delina antusias.
Selain itu, acara diramaikan oleh perpaduan busana desainer Indonesia-Australia yang ditata oleh fashion stylist dan fashion blogger beken Zulfiye Tufa. Ia pun memberi tips padupadan busana muslim dari kardigan panjang yang bisa dijadikan beberapa model. Bersama Andita Widy dari (Shostic Shoes) yang memberi tips memilih sepatu yang pas untuk modest wear.
Ada juga tutorial makeup dari tim Wardah yang merekomendasikan makeup natural namun tetap stunning bagi hijabers. Di area samping terdapat pop up store yang menjual semua busana fashion show. Masing-masih desainer punya penggemarnya sendiri. Seperti Emily yang mengaku suka dengan coat Etu dan sweater Ria Miranda.
"Kalau dari busana gelap, aku suka Etu. Coat-nya bisa dipakai saat autumn. Aku juga suka warna soft Ria Miranda di desain sweater. Pas untuk cuaca Melbourne saat berangin. So far happy bisa lihat desainer modest wear Australia-Indonesia show bareng. Bangga dan rancangannya luar biasa indah," tutup Emily.
Tak ketinggalan talkshow menarik yang mengajak desainer dan pelaku mode untuk mempercayakan Indonesia sebagai tempat memproduksi pakaian, dari bahan sampai jahitan.
"Tak perlu jauh-jauh ke India, Bangladesh, dan negara lainnya, kami Indonesia sudah siap dan mampu untuk membuat serta mendistribusikan. Letak Indonesia yang tak terlalu jauh dari Australia juga meringankan cost," papar Bussiness Development Head of ETU Rahmat Ramadhan.