Alasan Naomi Campbell Desak Vogue Rilis di Afrika

Naomi Campbell mendesak majalah mode Vogue untuk diluncurkan di Afrika, apa alasannya?

oleh Vinsensia Dianawanti diperbarui 05 Apr 2018, 20:15 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2018, 20:15 WIB
hiv aids
Untuk menunjukkan rasa kepeduliaannya terhadap HIV/AIDS, Marc Jacobs membuat koleksi kaos khusus yang bekerjasama dengan Naomi Campbell. (foto: instagram @themarcjacobs)

Liputan6.com, Jakarta Naomi Campbell mendesak Conde Nast untuk meluncurkan Vogue di Afrika. Naomi Campbell yang merupakan editor untuk Vogue Inggris meyakini jika majalah mode dirilis di Afrika menjadi cara yang tepat untuk mengenal kontribusi Benua Hitam terhadap industri mode global.

Baru-baru ini, Naomi Campbell menjadi model dari dua pertunjukkan di Arise Fashion Week. Acara ini merupakan pameran mode utama di Afrika yang menampilkan 45 desainer dari 14 negara Afrika.

Naomi Campbell Minta Vogue Rilis di Afrika

 

#Arise designer : @laurenceairline #Africa 💖🇳🇬🦅

A post shared by Naomi Campbell (@iamnaomicampbell) on

Naomi Campbell semakin mendesak dirilisnya Vogue di Afrika setelah Vogue diluncurkan di Timur Tengah tahun lalu.

"Afrika tidak pernah memiliki kesempatan untuk berada di luar sana. Orang-orang telah menyadari bahwa ini bukan tentang warna kulit untuk menentukan apakah Anda dapat melakukan pekerjaan itu atau tidak," kata Naomi Campbell seperti dikutip dari Independent pada Kamis (5/4/2018).

Komentar Naomi Campbell ini telah menerima reaksi yang beragam. Beberapa orang mengklaim bahwa lebih baik mempertahankan judul African daripada meluncurkan Vogue terbaru.

Namun ada juga yang mendukung pernyataan Naomi dengan alasan Vogue harus mengeluarkan beberapa edisi majalah di sejumlah negara.

Naomi Campbell Minta Vogue Rilis di Afrika

 

Almost showtime @arisefashionweek 🇳🇬🖤🦅

A post shared by Naomi Campbell (@iamnaomicampbell) on

Saat ini ada 27 versi Vogue yang telah diterbitkan oleh Conde Nast di seluruh dunia, termasuk Thailand, Bulgaria, dan Turki. Namun Vogue sempat dikecam karena tidak mengembangkan kreativitas selama bertahun-tahun. Editor Vogue Inggris, Edward Enninful dikritik karena sampulnya menyatakan "Kami perlu berbicara tentang ras" yang menampilkan dua wanita kulit putih yang berambut pirang.

Seorang juru bicara dari Conde Nast International pun mengungkapkan bahwa pihaknya cukup bersemangat akan adanya kemungkinan meluncurkan judul secara global. Pihaknya pun akan mempertimbangkan banyak hal sebelum meluncurkan judul baru di sebuah wilayah.

"Kami telah mempertimbangkan Afrika sebagai pasar yang memungkinkan untuk Vogue. Ini adalah sesuatu yang kami amati, tetapi kami tidak ingin terburu-buru atau membuat keputusan cepat," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya