Cara Membayar Fidyah: Panduan Lengkap Menunaikan Kewajiban Puasa

Pelajari cara membayar fidyah dengan benar sesuai syariat Islam. Panduan lengkap mengenai ketentuan, perhitungan, dan penyaluran fidyah puasa.

oleh Liputan6 diperbarui 01 Nov 2024, 15:11 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 15:11 WIB
cara membayar fidyah
cara membayar fidyah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Liputan6.com, Jakarta Fidyah merupakan salah satu bentuk tebusan atau pengganti bagi umat Islam yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan karena alasan tertentu. Kewajiban membayar fidyah ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 184. Namun, banyak umat Islam yang masih belum memahami dengan baik mengenai ketentuan dan tata cara membayar fidyah yang sesuai dengan syariat. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang cara membayar fidyah, mulai dari pengertian, syarat, ketentuan, hingga tata cara penyalurannya.

Pengertian dan Dasar Hukum Fidyah

Fidyah berasal dari kata bahasa Arab "fadaa" yang berarti menebus atau mengganti. Dalam konteks ibadah puasa, fidyah merupakan tebusan berupa pemberian makan kepada orang miskin sebagai pengganti kewajiban puasa yang tidak dapat dilaksanakan karena alasan-alasan tertentu yang dibenarkan oleh syariat.

Dasar hukum kewajiban membayar fidyah tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 184 yang artinya:

"Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Ayat ini menjadi landasan utama disyariatkannya fidyah sebagai alternatif bagi mereka yang tidak mampu berpuasa. Selain itu, terdapat pula hadits-hadits yang menjelaskan lebih lanjut mengenai ketentuan fidyah, seperti hadits dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

"Rasulullah SAW bersabda: 'Fidyah bagi orang tua yang tidak mampu berpuasa adalah memberi makan seorang miskin dengan satu mud gandum atau satu mud kurma.'"

Kategori Orang yang Wajib Membayar Fidyah

Tidak semua orang yang tidak berpuasa diwajibkan membayar fidyah. Terdapat beberapa kategori yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan fidyah, antara lain:

  1. Orang tua renta: Mereka yang sudah lanjut usia dan tidak memiliki kemampuan fisik untuk berpuasa.
  2. Orang sakit parah: Penderita penyakit kronis yang tidak ada harapan sembuh dan tidak mampu berpuasa.
  3. Wanita hamil atau menyusui: Ibu hamil atau menyusui yang khawatir puasa akan membahayakan dirinya atau bayinya.
  4. Orang yang meninggal dunia dengan tanggungan puasa: Ahli waris dapat membayarkan fidyah atas nama almarhum.
  5. Orang yang menunda qadha puasa Ramadhan: Mereka yang belum melaksanakan qadha puasa hingga tiba Ramadhan berikutnya.

Penting untuk dicatat bahwa kategori-kategori di atas memiliki ketentuan dan syarat tertentu yang harus dipenuhi sebelum diperbolehkan membayar fidyah sebagai pengganti puasa.

Perhitungan dan Kadar Fidyah

Dalam menentukan besaran fidyah yang harus dibayarkan, terdapat beberapa pendapat ulama yang dapat dijadikan acuan. Secara umum, kadar fidyah dihitung berdasarkan jumlah hari puasa yang ditinggalkan, dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Menurut mayoritas ulama mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hanbali, kadar fidyah adalah satu mud (sekitar 675 gram atau 0,75 kg) makanan pokok untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
  • Menurut mazhab Hanafi, kadar fidyah adalah setengah sha' (sekitar 1,5 kg) gandum atau satu sha' (sekitar 3 kg) kurma atau jewawut untuk setiap hari puasa.

Untuk mempermudah perhitungan, berikut adalah rumus yang dapat digunakan:

Fidyah = Jumlah hari puasa yang ditinggalkan x Kadar fidyah per hari

Sebagai contoh, jika seseorang meninggalkan puasa selama 10 hari dan mengikuti pendapat mazhab Syafi'i, maka perhitungan fidyahnya adalah:

10 hari x 0,75 kg = 7,5 kg makanan pokok

Perlu diingat bahwa jenis makanan pokok yang digunakan sebagai fidyah dapat disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Di Indonesia, umumnya menggunakan beras sebagai acuan.

Tata Cara Membayar Fidyah

Setelah mengetahui perhitungan dan kadar fidyah, langkah selanjutnya adalah memahami tata cara membayar fidyah yang benar. Berikut adalah panduan lengkap cara membayar fidyah:

  1. Menghitung jumlah hari puasa yang ditinggalkan: Pastikan untuk mencatat dengan teliti berapa hari puasa yang tidak dilaksanakan.
  2. Menentukan kadar fidyah: Pilih pendapat ulama yang akan diikuti dan tentukan kadar fidyah per hari sesuai dengan jenis makanan pokok yang akan digunakan.
  3. Menyiapkan makanan atau uang senilai fidyah: Siapkan makanan pokok atau uang yang nilainya setara dengan jumlah fidyah yang harus dibayarkan.
  4. Berniat membayar fidyah: Sebelum menyerahkan fidyah, ucapkan niat dalam hati. Contoh lafaz niat fidyah:

    "Nawaitu an ukhrija hadzihil fidyata liifthari shaumi ramadhana fardhan lillahi ta'ala"

    Artinya: "Aku niat mengeluarkan fidyah ini karena berbuka puasa di bulan Ramadhan, fardhu karena Allah Ta'ala."

  5. Menyalurkan fidyah kepada yang berhak: Berikan fidyah kepada orang-orang yang berhak menerimanya, yaitu fakir miskin. Penyaluran dapat dilakukan langsung atau melalui lembaga amil zakat yang terpercaya.

Penting untuk diperhatikan bahwa fidyah sebaiknya disalurkan sebelum akhir bulan Ramadhan. Namun, jika terlambat, tetap boleh dibayarkan setelahnya dengan niat melunasi kewajiban.

Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Pembayaran Fidyah

Meskipun secara umum ulama sepakat tentang kewajiban membayar fidyah bagi yang tidak mampu berpuasa, terdapat beberapa perbedaan pendapat dalam hal-hal tertentu. Berikut adalah beberapa perbedaan pendapat yang perlu diketahui:

  1. Pembayaran fidyah dengan uang:
    • Mayoritas ulama (Syafi'i, Maliki, Hanbali) berpendapat bahwa fidyah harus dibayarkan dalam bentuk makanan pokok, tidak boleh dengan uang.
    • Mazhab Hanafi membolehkan pembayaran fidyah dengan uang yang senilai dengan makanan yang seharusnya diberikan.
  2. Waktu pembayaran fidyah:
    • Sebagian ulama berpendapat bahwa fidyah boleh dibayarkan sekaligus di awal atau akhir Ramadhan.
    • Pendapat lain menyatakan bahwa sebaiknya fidyah dibayarkan setiap hari selama Ramadhan untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
  3. Penerima fidyah:
    • Mayoritas ulama sepakat bahwa penerima fidyah adalah fakir miskin.
    • Beberapa ulama membolehkan pemberian fidyah kepada 8 golongan penerima zakat, meskipun pendapat ini tidak populer.

Dalam menghadapi perbedaan pendapat ini, umat Islam dianjurkan untuk memilih pendapat yang paling kuat dalilnya dan sesuai dengan kondisi masing-masing, serta berkonsultasi dengan ulama terpercaya jika mengalami kebingungan.

Fidyah untuk Orang yang Telah Meninggal

Salah satu kasus khusus dalam pembayaran fidyah adalah untuk orang yang telah meninggal dunia namun masih memiliki tanggungan puasa. Para ulama memiliki beberapa pendapat mengenai hal ini:

  1. Mazhab Syafi'i:
    • Jika orang yang meninggal memiliki uzur syar'i (alasan yang dibenarkan) untuk tidak berpuasa dan tidak sempat menggantinya, maka tidak ada kewajiban fidyah.
    • Jika orang tersebut meninggalkan puasa tanpa uzur atau memiliki kesempatan untuk mengganti namun tidak dilakukan, maka wajib dibayarkan fidyah dari harta peninggalannya.
  2. Mazhab Hanafi:
    • Berpendapat bahwa tidak ada kewajiban fidyah untuk orang yang meninggal, baik karena uzur maupun tidak.
    • Namun, jika ahli waris ingin membayarkan fidyah atas nama almarhum, hal tersebut diperbolehkan sebagai bentuk sedekah.
  3. Mazhab Maliki dan Hanbali:
    • Berpendapat bahwa ahli waris dapat menggantikan puasa almarhum jika memungkinkan.
    • Jika tidak memungkinkan, maka dapat dibayarkan fidyah sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalkan.

Bagi yang ingin membayarkan fidyah untuk orang yang telah meninggal, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Hitung jumlah hari puasa yang ditinggalkan almarhum.
  2. Tentukan kadar fidyah sesuai dengan pendapat ulama yang diikuti.
  3. Siapkan makanan atau uang senilai fidyah yang harus dibayarkan.
  4. Ucapkan niat membayar fidyah atas nama almarhum.
  5. Salurkan fidyah kepada fakir miskin atau lembaga amil zakat terpercaya.

Penting untuk diingat bahwa membayarkan fidyah untuk orang yang telah meninggal merupakan bentuk berbakti dan meringankan beban almarhum di akhirat. Namun, hal ini tidak menggugurkan kewajiban puasa bagi orang yang masih hidup dan mampu melaksanakannya.

Perbedaan Fidyah dan Kafarat

Seringkali terjadi kebingungan antara fidyah dan kafarat dalam konteks ibadah puasa. Meskipun keduanya merupakan bentuk tebusan, terdapat perbedaan mendasar yang perlu dipahami:

  1. Definisi:
    • Fidyah: Tebusan yang dibayarkan sebagai pengganti puasa bagi mereka yang tidak mampu berpuasa karena alasan yang dibenarkan syariat.
    • Kafarat: Denda atau tebusan yang harus dibayarkan karena melanggar larangan puasa dengan sengaja, seperti berhubungan suami istri di siang hari Ramadhan.
  2. Sebab:
    • Fidyah: Dibayarkan karena ketidakmampuan berpuasa, bukan karena pelanggaran.
    • Kafarat: Dibayarkan karena melakukan pelanggaran berat dalam puasa.
  3. Bentuk pembayaran:
    • Fidyah: Umumnya berupa pemberian makan kepada fakir miskin atau uang senilainya.
    • Kafarat: Memiliki tingkatan, yaitu memerdekakan budak, puasa 2 bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang miskin.
  4. Jumlah:
    • Fidyah: Dibayarkan sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalkan.
    • Kafarat: Satu kali pembayaran untuk satu kali pelanggaran, terlepas dari berapa hari puasa yang dibatalkan.

Memahami perbedaan ini penting agar umat Islam dapat menunaikan kewajiban dengan tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Hikmah dan Manfaat Membayar Fidyah

Pembayaran fidyah bukan sekadar kewajiban agama, tetapi juga mengandung berbagai hikmah dan manfaat, baik bagi pembayar maupun penerima. Berikut adalah beberapa hikmah dan manfaat membayar fidyah:

  1. Meringankan beban orang yang tidak mampu berpuasa: Fidyah memberikan alternatif bagi mereka yang memiliki uzur syar'i untuk tetap menunaikan kewajiban agama.
  2. Membantu fakir miskin: Penyaluran fidyah kepada fakir miskin dapat membantu meringankan beban ekonomi mereka, terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan.
  3. Meningkatkan kepedulian sosial: Kewajiban membayar fidyah menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama, khususnya kaum yang kurang beruntung.
  4. Mendidik jiwa untuk berkorban: Membayar fidyah melatih diri untuk rela mengorbankan harta demi ketaatan kepada Allah SWT.
  5. Menjaga keseimbangan antara ibadah fisik dan sosial: Fidyah menjadi pengganti ibadah puasa (fisik) dengan ibadah sosial berupa pemberian makan kepada fakir miskin.
  6. Membersihkan jiwa: Membayar fidyah dapat menjadi sarana untuk membersihkan jiwa dari rasa bersalah karena tidak dapat menunaikan puasa.
  7. Meningkatkan keberkahan harta: Dengan membayar fidyah, harta yang dimiliki menjadi lebih berkah dan bermanfaat bagi orang lain.

Memahami hikmah dan manfaat ini dapat meningkatkan motivasi dan keikhlasan dalam menunaikan kewajiban membayar fidyah.

Lembaga Penyalur Fidyah yang Terpercaya

Untuk memastikan fidyah yang dibayarkan sampai kepada yang berhak menerimanya, penting untuk menyalurkannya melalui lembaga yang terpercaya. Berikut adalah beberapa lembaga amil zakat dan lembaga sosial keagamaan yang dapat dipercaya untuk menyalurkan fidyah:

  1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS): Lembaga resmi pemerintah yang mengelola zakat, infaq, sedekah, dan fidyah secara nasional.
  2. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah mendapat izin resmi: Seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, LAZISMU, dan LAZISNU.
  3. Masjid atau musholla terdekat: Pastikan masjid atau musholla tersebut memiliki program penyaluran fidyah yang jelas dan transparan.
  4. Yayasan atau lembaga sosial keagamaan: Pilih lembaga yang memiliki reputasi baik dan track record yang jelas dalam penyaluran dana umat.

Dalam memilih lembaga penyalur fidyah, perhatikan beberapa hal berikut:

  • Pastikan lembaga tersebut memiliki izin resmi dari pemerintah.
  • Cek transparansi dan akuntabilitas lembaga dalam pengelolaan dana.
  • Perhatikan program penyaluran fidyah yang dimiliki lembaga tersebut.
  • Jika memungkinkan, minta bukti penyaluran fidyah kepada penerima yang berhak.

Dengan menyalurkan fidyah melalui lembaga terpercaya, kita dapat memastikan bahwa kewajiban agama telah ditunaikan dengan baik dan manfaatnya sampai kepada yang berhak menerimanya.

Kesimpulan

Membayar fidyah merupakan salah satu bentuk keringanan dan kemudahan yang diberikan Allah SWT bagi umat Islam yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa karena alasan-alasan tertentu. Pemahaman yang komprehensif tentang cara membayar fidyah, mulai dari pengertian, syarat, ketentuan, hingga tata cara penyalurannya, sangat penting agar ibadah ini dapat dilaksanakan dengan benar dan sesuai syariat.

Beberapa poin penting yang perlu diingat dalam membayar fidyah antara lain:

  • Fidyah hanya berlaku bagi mereka yang memiliki uzur syar'i untuk tidak berpuasa.
  • Kadar fidyah dihitung berdasarkan jumlah hari puasa yang ditinggalkan.
  • Penyaluran fidyah sebaiknya dilakukan kepada fakir miskin atau melalui lembaga amil zakat yang terpercaya.
  • Terdapat perbedaan pendapat ulama dalam beberapa aspek fidyah, namun esensinya tetap sama yaitu sebagai pengganti puasa yang tidak mampu dilaksanakan.

Dengan memahami dan melaksanakan kewajiban membayar fidyah dengan baik, kita tidak hanya menunaikan kewajiban agama, tetapi juga turut berpartisipasi dalam meringankan beban sesama dan meningkatkan kepedulian sosial. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menjadi panduan bagi umat Islam dalam menunaikan kewajiban fidyah dengan benar dan penuh keikhlasan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya