Toleransi Umat Beragama di AS Meningkat

Kerukunan umat beragama di AS makin terjalin pascatragedi pengeboman gedung WTC. Salah satunya digalakkan oleh komunitas umat Islam di Islamic Center of Cincinnati, Ohio.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Des 2007, 07:47 WIB
Diterbitkan 20 Des 2007, 07:47 WIB
071220aislam_as.jpg
Liputan6.com, Cincinnati: Setelah tragedi pengeboman gedung Wold Tarde Center (WTC), kesadaran toleransi antara umat beragama di Amerika Serikat semakin meningkat. Salah satunya digalakkan oleh komunitas umat Islam di Cincinnati, Ohio. Sebanyak 10 ribu warga muslim tersebar di kota ini. Sebagian besar di antaranya dari Timur Tengah. Sebagian lainnya adalah penduduk berkulit hitam Afrika-Amerika serta warga AS yang berkulit putih.

Aktivitas warga muslim di Cincinnati dipusatkan di Islamic Center of Cincinnati. Di tempat ini mereka melakukan kegiatan religius dan sosial. Mulai dari ritual keagamaan hingga menyelenggarakan fasilitas pendidikan serta dialog antara umat beragama.

Pengelola Islamic Center of Cincinnati Doktor Malik Khan mengatakan, kegiatan penting lain dari Islamic Center adalah mengunjungi rumah ibadah umat beragama seperti masjid, gereja, dan sinagog (rumah ibadah umat Yahudi). "Kami mencoba membina hubungan baik antara umat muslim dengan penganut agama lain," ujar Malik belum lama ini.

Sejauh ini, upaya Islamic Center mengurangi kesalahpahaman terhadap umat Islam di AS pascatragedi pengeboman gedung WTC cukup berhasil. Menurut Imam masjid di New York Faisal Abdul Rauf, banyak masyarakat setempat yang ingin mengetahui soal Islam. Mereka ingin tahu tentang aqidahnya, praktiknya, serta arti sunni, sufi, dan syiah, terutama setelah perang Irak," ujar Faisal.

Fasial menambahkan, penduduk AS sebenarnya tak memahami alasan pengeboman WTC pada 11 September 2001 yang mengundang kemarahan umat Islam kepada AS. Tanpa pemahaman yang benar, mustahil tercipta jalan damai di antara sesama umat manusia. "Kemarahan tersebut dipicu kebijakan politik luar negeri AS menyangkut masalah Palestina yang dilanjutkan dengan perang Irak dan konflik Iran," jelas Faisal.(RMA)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya