Situs Purbakala Juga Jadi Korban Perang Suriah

Kerusuhan di Suriah mengorbankan juga menghancurkan peninggalan-peninggalan purbakala budaya asli Suriah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 30 Mei 2014, 12:06 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2014, 12:06 WIB
Tempat Purbakala Juga Jadi Korban Perang
Kerusuhan di Suriah mengorbankan juga menghancurkan peninggalan-peninggalan purbakala budaya asli Suriah.

Liputan6.com, Damaskus Kerusuhan di Suriah mengorbankan bukan hanya para pihak yang berperang dan saling tembak. Dalam suatu berita lain, perempuan-perempuan pengungsi Suriah diperjual-belikan melalui Facebook. Sekarang, terungkap bahwa peninggalan-peninggalan purbakala budaya asli Suriah juga terancam, sebagaimana dilansir dari The Art Newspaper, 28 Mei 2014.

Pemerintah Suriah mengakui telah terjadinya kerusakan parah situs-situs kuno di Maaloula, suatu kota kecil di mana bahasa Aramaik masih dipakai. Bahasa Aramaik merupakan bahasa asli kawasan itu dan menjadi bahasa di masa Isa al Masih. Kota itu terletak di kaki pegunungan di gurun sekitar 56 kilometer di timur laut kota Damaskus.

Pertempuran sengit telah berlangsung di Maaloula sejak bulan September tahun lalu. Di bulan April, pasukan pemerintah Assad mengambil kembali kendali atas kota itu dari tangan pemberontak.

Di awal bulan ini, direktur jenderal purbakala dan museum Suriah menerbitkan suatu laporan dari pendinasan ke Maaloula. Sulit untuk memeriksa pengakuan mereka dan tidak jelas siapa yang menyebabkan kerusakan, tapi laporan itu menunjukkan bukti yang menyedihkan adanya kehancuran di sana. Walaupun laporan-laporan pemerintah menuduh para pemberontak menjarah artifak-artifak keagamaan, beberapa artifak sempat diselamatkan.

Biara Katolik Yunani yang ada di atas kota diabdikan untuk Santo Sergius dan Bacchus -- atau Mar Sarkis dan Bakhos dalam bahasa aslinya -- dan telah ada sejak Abad ke-4 Masehi. Biara itu merupakan salah satu gereja tertua di dunia dan dibangun di atas landasan kuil sebelumnya.

Sebagian dari tembok-tembok biara telah rusak oleh tembakan-tembakan meriam dan pemerintah Suriah melaporkan bahwa kubah gereja itu telah “hancur”. Beberapa bagian atap kayu berusia 2.000 tahun dan ada beberapa yang sudah rusak. Mezbah pualam kuno, yang mungkin berasal dari kuil sebelumnya, juga telah hancur dan “kegiatan pengeboran dilakukan di bawah mezbah itu untuk mencari harta karun”.

Laporan pemerintah mengatakan bahwa “semua benda purbakala dan benda-benda suci yang dapat dipindahkan dari dalam biara telah dicuri, termasuk beberapa ikon terpenting Maaloula”. Ikon yang tertua, yang menggambarkan dua santo di biara tersebut, diperkirakan berasal dari abad ke 14.

Biara itu berada di posisi strategis yaitu di suatu tebing yang menghadap kota. Tepat di bawahnya, sisi pegunungannya bergua-gua, dan beberapa di antaranya dihuni oleh manusia prasejarah sekitar 50.000 tahun lalu. Banyak gua dan kuburan yang telah “dirusak, disabotase, dilubangi, atau pintunya dihancurkan (untuk mencari harta karun) dan dijadikan penghalang-penghalang pertahanan yang diperkuat”.

Di bawahnya terhampar konven Orthodox Yunani Santo Techla --atau Mar Takla dalam bahasa aslinya. Sebagian besar bagian gedung itu cukup modern, walaupun terletak di situs kuno. Laporan pemerintah Suriah mengatakan bahwa kota orang suci itu telah “hangus seluruhnya”, dan nasib beberapa ikon terpenting “masih harus diketahui”.

Suatu kebakaran berasal dari gereja Santo Yohanes Pembaptis “setelah hampir semua barang dicuri dan sisanya dirusak dan disabotase, misalnya mezbah, salib-salib, ikon-ikon, dan lukisan-lukisan”. Sedikitnya 12 orang biarawati telah diculik dan disandera di bulan Desember 2013 namun telah dibebaskan di bulan Maret lalu.

Emma Cunliffe, seorang sarjana arkeologi dari Durham University dan sekarang menjadi konsultan kepurbakalaan, memantau kerusakan di situs-situs di Suriah. Walaupun perincian situasi di Maaloula masih belum jelas, ia yakin akan adanya “tembakan-tembakan meriam di situs-situs keagamaan”.

Menurut perkembangan terkini, dalam suatu pertemuan internasional minggu ini (26-28 Mei), UNESCO mengumumkan akan didirikannya tempat pengamatan di kantor mereka di Beirut, Lebanon, untuk memantau kerusakan peninggalan budaya Suriah.

Kantor tersebut akan memantau keadaan bangunan-bangunan dan artefak-artefak, dan berbagi informasi secara daring mengenai bangunan-bangunan yang rusak dan artefak-artefak yang dijarah, dengan maksud memulihkan peninggalan-peninggalan negeri itu setelah pertempuran usai. (Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya