Liputan6.com, Kiev - Pelantikan presiden terpilih Ukraina Petro Poroshenko mendapat perhatian Amerika Serikat. Pemerintah Gedung Putih pun mengutus Wakil Presiden Joe Biden menuju Kiev pada Jumat malam 6 Juni 2014 malam untuk menghadiri pelantikan tersebut. Kehadiran Biden ini seiring upaya Presiden AS Barack Obama menekan Rusia untuk mengakui pemimpin baru Ukraina itu.
"Biden memimpin delegasi AS ke Kiev untuk menghadiri acara pelantikan pada Sabtu (7 Juni 2014). Ia juga dijadwalkan bertemu dengan Poroshenko dan Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk untuk membahas agenda pemerintah Ukraina untuk reformasi demokrasi, pembangunan ekonomi dan upaya meredakan krisis di bagian timur negara itu," demikian peryataan Gedung Putih, seperti dikutip Liputan6.com dari Zee News, Minggu (8/6/2014).
Di sela-sela pelantikan Petro Poroshenko, Biden dijadwalkan pula bertemu Presiden Moldova Nicolae Timofti. Keduanya diperkirakan akan mendiskusikan pembangunan kawasan.
Biden tiba pada Sabtu pukul 09.00 waktu setempat di bandar udara internasional Boryspil. Ia bergabung dengan anggota delegasi antara lain Senator John McCain, Ron Johnson dan Chris Murphy, utusan Marcy Kaptur, Asisten Menteri Luar Negeri Victoria Nuland, dan Duta Besar Dan Baer, serta Geoff Pyatt.
Baer adalah Dubes AS untuk Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, sedangkan Pyatt selaku Dubes AS untuk Ukraina.
Usai pelantikan, Biden akan bertolak Sophia, Kiev pada Sabtu petang waktu setempat. Ia akan menghadiri resepsi menghormati Poroshenko. Biden selanjutnya akan bertemu dengan Presiden Moldova, Nicolae Timofti, di Hyatt Regency sebelum menggelar pertemuan dengan Yatsenyuk dan pembicaraan bilateral dengan Poroshenko di kantor presiden.
Pasca-pertemuan tersebut, Biden dijadwalkan kembali ke AS dan menghabiskan akhir pekan di rumahnya di Wilmington, Delaware.
Pidato Presiden Terpilih Ukraina
Sementara, saat Petro Poroshenko dilantik sebagai presiden kelima Ukraina pasca-Uni Soviet, ia bersumpah mempertahankan kesatuan negaranya di tengah krisis berkelanjutan dengan Rusia.
Poroshenko, miliarder 48 tahun yang memenangkan pemilihan presiden pada 25 Mei silam dengan 54,7 persen suara, mengambil sumpah di Parlemen Ukraina di Kiev. "Saya menerima tanggung jawab kepresidenan dalam rangka menjaga dan memperkuat persatuan Ukraina," kata Poroshenko dalam pidato yang berganti-ganti antara bahasa Ukraina dan Rusia.
Berbicara kepada khalayak yang hadir termasuk Wapres AS Joe Biden, Poroshenkoia berjanji kepada penduduk wilayah Donbass --yang sebagian besar berada di tangan pemberontak-- untuk mendesentralisasikan kekuasaan dan menjamin penggunaan bebas bahasa Rusia.
Kendati demikian, Poroshenko mengatakan bahwa tidak akan ada kompromi dengan Rusia mengenai sikap pro-Eropa-nya dan status Semenanjung Krimea. "Krimea telah dan akan tetap menjadi wilayah Ukraina," tegasnya.
"Saya menyatakan dengan jelas kepada pemimpin Rusia di Normandia," imbuh Poroshenko, mengacu pada pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di acara peringatan D-Day pendaratan di Normandia pada Perang Dunia II, Jumat lalu.
Desakan Obama kepada Rusia
Sebelumnya pada hari yang sama, Presiden AS Barack Obama mengatakan Rusia harus mengakui pemimpin Ukraina yang baru terpilih jika ingin menyelesaikan krisis yang telah berlangsung beberapa bulan.
Obama berbicara di televisi AS sebelum hari sibuk diplomasi di peringatan D-Day di Normandia, Prancis. Presiden Rusia Vladimir Putin, misalnya, berbicara singkat dengan Presiden Ukraina terpilih Petro Poroshenko.
Obama, yang juga bertemu secara informal dengan Putin, mengatakan bahwa dia menghargai kerja sama dengan Rusia pada isu-isu. Termasuk, perang Afghanistan dan kesepakatan sementara nuklir dengan Iran. "Tapi diperlukan resolusi situasi di Ukraina," kata Obama kepada NBC.
"Dan juga dibutuhkan Putin mengakui bahwa Ukraina baru saja memilih Poroshenko sebagai presiden yang sah, yang akan dilantik Sabtu, (dan) bahwa Putin harus bekerja secara langsung dengan Poroshenko serta pemerintah Ukraina untuk upaya menyelesaikan perbedaan antara kedua negara," ucap Obama.
Menurut Obama, Rusia juga perlu menghentikan pembiayaan dan mempersenjatai kelompok separatis yang telah mendatangkan malapetaka di bagian timur negara itu. Terutama, mengacu pemberontakan bersenjata di Ukraina yang telah merenggut nyawa sekitar 200 orang sejak pertengahan April 2014.
"Bila Rusia mulai bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar internasional, maka saya yakin hubungan AS-Rusia akan membaik," pungkas Obama.