Liputan6.com, Moskow - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama bertekad untuk membinasakan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Kabarnya, militer Negeri Paman Sam akan melancarkan serangan ke markas ISIS di Suriah.
Terkait hal itu, Rusia melontarkan kecamannya untuk AS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia Alexander Lukashevich mengatakan, serangan AS ke Suriah harus mendapat persetujuan Dewan Keamanan (DK) PBB. Jika tidak, maka hal itu sama melanggar hukum internasional.
"Tanpa adanya persetujuan dari Dewan Keamanan PBB, langkah itu sama saja aksi agresi militer yang melanggar norma dan hukum internasional," ujar Lukashevich, seperti dimuat Press TV, Jumat (12/9/2014).
Dia menuding Amerika Serikat menerapkan 'standar ganda' terkait dukungan Negeri Paman Sam untuk kelompok oposisi di Suriah.
AS selama ini dinilai berada di balik gerakan oposisi melawan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sedangkan Rusia dianggap sebagai pendukung pemerintahan Assad.
"Selain membantu pemerintah Irak untuk berkonfrontasi dengan milisi ISIS, Obama juga meminta Kongres dana untuk mendukung pasukan oposisi," imbuh Lukashevich.
Hal senada juga dilontarkan pejabat Kementerian Rekonsiliasi Nasional Suriah Ali Haidar. Dia memperingatkan AS harus meminta izin terlebih dahulu untuk menyerang ISIS di Suriah.
"Bila tidak, maka gempuran itu sama saja menyasar ke orang Suriah. Mereka harus izin ke Damaskus," ujar dia.
Obama sebelumnya mengatakan akan memperluas serangan udara AS dalam upaya memberangus ISIS. Presiden ke-44 AS itu menegaskan, dia akan memburu anggota ISIS di mana pun mereka berada.
"Itu artinya saya tidak akan ragu dalam mengambil tindakan melawan ISIS di Suriah begitu juga di Irak," ujar Obama, seperti dikutip dari Reuters. (Ans)