Liputan6.com, Peshawar - Pakistan akan membentuk pengadilan militer untuk mengadili sejumlah kasus terorisme menyusul peristiwa pembantaian di sekolah.
"Langkah itu akan membantu memastikan bahwa para teroris akan membayar harga untuk semua tindakan keji mereka," kata Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif seperti dimuat BBC, Kamis (25/12/2014).
Partai-partai politik Pakistan menyepakati pembentukan pengadilan baru dalam sebuah pertemuan yang membahas penanganan terorisme. Sharif yang menjadi pembicara dalam pertemuan itu menjelaskan sedikit tentang pembentukan sejumlah pengadilan militer.
Namun ia mengatakan kesepakatan itu telah menandai sebuah prestasi bersejarah bagi Pakistan.
Sebelumnya, ia mengatakan negara itu dalam situasi yang membutuhkan tindakan luar biasa. "Bangsa ini dan sejarahnya tidak akan mengampuni kita jika kita tidak melakukan apa-apa sekarang," tambah Sharif.
Sambung Sharif, para politisi Pakistan tidak harus menunggu tragedi lain menyerang sebelum kami akhirnya bangkit. Langkah-langkah lain yang telah disepakati, di antaranya mengambil tindakan keras terhadap pidato yang menyebarkan kebencian dan pendanaan sejumlah organisasi teroris.
Pemimpin oposisi Syed Khursheed Shah menyatakan, pengadilan militer akan dibentuk dalam jangka waktu 2 tahun. "Hanya para teroris yang akan diadili di pengadilan tersebut dan ini tidak akan digunakan untuk tujuan politik," kata Shah.
Pakistan telah meningkatkan operasi anti-teror sejak serangan terhadap sekolah yang dikelola militer di Peshawar pada tanggal 16 Desember. Pemerintah juga telah mencabut moratorium hukuman mati tak lama setelah serangan itu dan sejak mengeksekusi enam orang. Pihak militer juga meningkatkan kampanye melawan para kelompok militan di kawasan barat laut negara itu.
"Setelah tragedi Peshawar, Pakistan berubah menjadi negara yang tidak memberi tempat untuk terorisme, ekstremisme, sektarianisme dan intoleransi," jelas Sharif.
Pekan lalu, para pejuang Taliban menyerang sebuah sekolah yang dikelola militer di Peshawar. Menurut data terbaru, menewaskan 152 orang, termasuk diantaranya 133 anak-anak. (Tnt/Mut)