Gedung Putih Kutuk Pemenggalan Massal 21 Sandera oleh ISIS

ISIS memenggal 21 sandera pemeluk Kristen Koptik asal Mesir di Libya. Aksi barbar tersebut menuai kutukan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 16 Feb 2015, 10:27 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2015, 10:27 WIB
Video pemenggalan 21 warga Mesir oleh ISIS
Video pemenggalan 21 warga Mesir oleh ISIS (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Tindakan sadis kelompok militan yang mengatasnamakan diri sebagai ISIS atau Negara Islam (IS), memenggal 21 sandera pemeluk Kristen Koptik asal Mesir di Libya, menuai kutukan.

Gedung Putih menyebut eksekusi penggal tersebut sebagai "pembunuhan keji dan tindakan pengecut".

"Pembunuhan sadis orang-orang tak berdosa yang terjadi belakangan, juga tindakan kejam yang dilakukan teroris yang berafiliasi ke ISIS, termasuk terhadap puluhan tentara Mesir di Sinai, justru akan membuat masyarakat internasional bersatu melawan ISIS," kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/2/2015).

"Tindakan keji itu, sekali lagi, menggarisbawahi adanya kebutuhan mendesak akan sebuah resolusi politik terkait konflik di Libya. Kelanjutan dari konflik hanya akan menguntungkan kelompok teroris, termasuk ISIS."

Organisasi sayap ISIS di Libya merilis video yang menampilkan aksi sadis, pemenggalan massal terhadap 21 orang. Para korban adalah pemeluk Kristen Koptik asal Mesir yang diculik para militan ISIS di Libya pada Desember 2014 dan Januari 2015.

Mereka diculik dari kota pantai Sirte, di Libya timur, yang sekarang sudah dikuasai kelompok militan.

Seperti dilansir BBC, Senin (16/2/2015), dalam rekaman video terlihat para militan berbaju hitam berdiri di belakang masing-masing korban, yang semuanya berpakaian oranye, dengan tangan terikat di belakang.

Video berdurasi 5 menit yang dirilis organisasi sayap ISIS, al-Hayat Media, juga menampilkan seorang militan, berucap dengan Bahasa Inggris. " Di laut di mana kalian menyembunyikan jasad  Sheikh Osama bin Laden, kami bersumpah akan mencampurkan darah kalian di sana," kata dia.

Media setempat melaporkan, parlemen Libya mengonfirmasi kematian 21 sandera dari Mesir setelah melihat foto yang dirilis media berbahasa Inggris milik ISIS, Dabiq.

Sementara, Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi sudah mendesak agar diadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional untuk membahas situasi dan menyatakan hari berkabung nasional selama 7 hari.

"Mesir dan seluruh dunia sedang berada dalam pertempuran besar melawan kelompok ekstremis yang menyebarkan ideologi ekstrem," kata Presiden Sisi.

Lembaga pendidikan agama Mesir, Al Azhar juga mengutuk pemenggalan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan barbar.
Sementara, pihak Gereja Koptik di Mesir mengaku yakin, Mesir akan melakukan aksi pembalasan terhadap ISIS. Para sandera yang jadi korban dianggap 'martir'.

Libya, tempat pemenggalan 21 warga Kristen Koptik Mesir, dalam kondisi kacau sejak 2011, pasca-tergulingnya rezim Muammar Khadafi. Sejak saat itu sejumlah kelompok milisi berebut kendali. (Ein/Tnt)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya