10-7-1913: 'Neraka' di Bumi dan Kisah Miliuner yang Tak Bahagia

Dengan kondisinya, Death Valley mendapat julukan 'A Land of Extreme'. Sejumlah orang bahkan mengumpamakannya sebagai 'Hell on Earth'.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Jul 2015, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2015, 06:00 WIB
Death Valley
Death Valley

Liputan6.com, Jakarta - Panas bukan main, kering kerontang, dan titik terendah di Amerika Serikat. A Land of Extreme -- tanah yang ekstrem -- itulah julukan bagi Death Valley, area gurun pasir yang terletak di negara bagian California. Sejumlah orang bahkan mengumpamakannya sebagai Hell on Earth -- neraka di Bumi.

Pada 10 Juli 1913, lebih dari 100 tahun lalu, termometer mencatat, suhu udara mencapai 134 derajat Fahrenheit atau 56,7 derajat Celsius.

Panas ekstrem Death Valley dipengaruhi dua hal: ia berada di tengah gurun, juga terletak 250 kaki atau 90 meter di bawah permukaan laut. Pegunungan Sierra Nevada turut andil menghalangi kelembaban masuk ke lembah itu.

"Kondisi itu memungkinkan radiasi sinar matahari memanaskan udara, mengeringkannya, dan membuat Death Valley menjadi lingkungan yang luar biasa panas," kata Randy Cerveny, ahli iklim dari Arizona State University, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience.

Sementara, Christopher Stachelski, prakirawan cuaca dari badan meteorologi AS atau National Weather Service mengatakan, lembah yang sempit, menjebak udara apapun masuk maupun keluar dari sana. Juga, hanya sedikit sekali vegetasi yang mampu menyerap sinar matahari.

Sebaliknya, kata dia, suhu di musim dingin bisa sangat dingin. Sebab, gurun tidak mempertahankan panas saat udara sekitar mendingin.

"Cuaca bisa hangat pada hari-hari tertentu di musim dingin. Tapi juga bisa beku," kata dia.

Meski ekstrem, masih ada hewan yang tinggal di Death Valley, namun jumlahnya karang. Amfibi memilih hidup di dekat air. Mamalia besar beristirahat di tempat teduh, kelelawar gua memilih berada di bawah tanah hingga malam tiba, dan burung-burung terbang setinggi-tingginya.

Death Valley (Wikipedia)


Kurangnya air di Death Valley juga memaksa binatang yang tinggal di sana melakukan adaptasi secara fisik. Seperti yang terlihat pada kura-kura. "Kura-kura adalah hewan yang keren. Mereka bisa menyarikan urine," kata Linda Manning, ahli biologi satwa liar dari Death Valley National Park. "Namun, saat mereka pipis, baunya bukan main."

Tanaman juga melakukan adaptasi: daun yang kecil, akar yang dalam, juga mengembangkan fitur-fitur yang cocok untuk tinggal di gurun seperti kutikula mirip lilin dan duri.

Seabad lebih cuaca terpanas yang pernah terukur di muka Bumi, rekor Death Valley pada 1913 belum terpecahkan. Baru nyaris.

Pada 29 Juni 2013, suhu udara di titik yang sama terukur 129 derajat Fahrenheit atau 54 derajat Celsius, menjadikannya hari di bulan Juni yang terpanas di Amerika Serikat.

Selanjutnya: 'Kutukan' Keluarga Miliuner AS...

'Kutukan' Keluarga Miliuner AS

'Kutukan' Keluarga Miliuner AS

Sementara pada 10 Juli 1973 pukul 03.00, John Paul Getty III yang baru berusia 16 tahun diculik di  Piazza Farnese, Roma, Italia. Para penjahat meminta tebusan dalam jumlah besar, sekitar US$ 17 juta atau lebih dari Rp 200 miliar.

J. Paul Getty menolak membayarnya. Dia berkilah, "Aku masih punya 14 cucu, jika aku membayar uang tebusan, satu sen sekalipun, bisa jadi 14 cucuku akan jadi korban penculikan," kata dia.

Hingga akhirnya, para bandit memotong telinga Getty III muda dan mengirimkannya, bersama dengan sejumput rambutnya ke sebuah media di Roma. Karena keluarga korban bergeming, akhirnya para penculik mengurangi tuntutan mereka menjadi sekitar US$ 3 juta atau Rp 36,5 miliar.

Menurut buku terbitan 1995 berjudul Painfully Rich: The Outrageous Fortune and Misfortunes of the Heirs of J. Paul Getty karya John Pearson, ayah korban akhirnya membayar US$ 2,2 juta atau lebih dari Rp 26,7 miliar.

Bukan gratis. J. Paul Getty meminjamkan sejumlah uang itu pada putranya, untuk membebaskan sang cucu. Itu pun dengan bunga sebesar 4%.

J. Paul Getty III jadi korban penculikan pada 10 Juli 1973 (Wikipedia)

Setelah dibebaskan dari penculikan, J. Paul Getty III -- ayah dari aktor Balthazar Getty -- menjadi pecandu narkoba. Ia mengalami overdosis yang membuatnya tergantung pada kursi roda hingga kematiannya pada 2011.

Sementara, sang kepala keluarga J. Paul Getty meninggal dunia pada 1976 pada usia 83 tahun. Ia yang terobsesi pada seni mewariskan sebagian besar kekayaannya pada museum seni Los Angeles yang menyandang namanya.

Tragedi lain terjadi pada Selasa 31 Maret 2015, Andrew Getty -- cucu raja minyak J. Paul Getty -- ditemukan tewas di rumahnya di Hollywood, Los Angeles. Jasadnya terkapar di dekat kamar mandi, di tengah genangan darah. (Ein/Ans)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya