Liputan6.com, New Delhi - Persoalan menstruasi merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan secara terbuka di India. Namun pada akhir pekan lalu, sejumlah foto bertebaran di laman Facebook milik kaum wanita muda India berpose dengan tulisan dengan slogan “Happy to Bleed”—artinya, “Gembira Mengeluarkan Darah”.
dilansir, BBC, Rabu (25/11/2015), aksi ini merebak setelah seorang kepala kuil di India mengatakan bahwa ia hanya mengizinkan wanita masuk ke kuil ketika mesin pendeteksi menstruasi diciptakan.
Baca Juga
Penelitian lanjutan menuntun pihak BBC kepada sebuah petisi yang dibuat oleh Nikita Azad-- seorang mahasiswi yang merasa tergganggu dengan ucapan pemimpin Sabarimala yang tersohor di kota Kerala, India.
Advertisement
Demikian ucapan Prayar Gopalakrishnan , “Akan tiba waktunya ketika orang-orang akan bertanya jika semua wanita dilarang masuk kuil selamanya," ungkap Prayar Gopalakrishnan kepada wartawan.
"Sekarang ini sudah ada mesin yang bisa memindai tubuh untuk senjata. Dan akan tiba juga waktunya ketika sebuah mesin diciptakan untuk menentukan seorang wanita berhak memasuki kuil atau tidak. Ketika mesin itu sudah tercipta, kita bicarakan kembali terakit mengizinkan wanita ke dalam kuil," tambahnya.
Menurut Nikita Azad, tidak ada 'waktu yang tepat' bagi wanita untuk masuk ke kuil. Dan wanita seharusnya hak untuk “kemanapun dan kapanpun meraka mau.”
Menurut mahasiswa itu, komentar yang dilakukan oleh pandita tersebut memperjelas sikap misoginis dan mitos yang menyelimuti para wanita. Happy to Bleed ini menjadi kampanye untuk menentang perihal tabu terkait menstruasi.
Agama Hindu menganggap seorang wanita yang sedang menstruasi tidak bersih. Jadi, selama ia datang bulan, seorang wanita dilarang untuk masuk ke dalam kuil, menyentuh patung pujaan, masuk ke dalam dapur atau bahkan menyentuh wadah makanan.
Sebagian besar kuil Hindu di India dan seluruh dunia memajang pemberitahuan tegas pada pintu kuil, bahwa wanita yang sedang mengalami menstruasi dilarang masuk. Secara sukarela umat Hindu wanita mentaati peraturan dan menjauh dari kuil ketika sedang datang bulan.
Namun demikian kuil Sabarimala melarang semua wanita yang masih dalam usia subur untuk masuk ke dalam kuil. Dalam situs mereka tertulis bahwa Dewa Ayyappa, “Melarang wanita berusia antara 10 hingga 50 tahun memasuki Sabarimala.”
Melalui situs mereka juga menegaskan "jika wanita masuk kuil Sabarimala akan dicegah oleh pihak yang berwenang.”
Kata Nikita Azad, “Kami tak yakin agama yang memandang setengah dari penduduk dunia tidak suci.”
Menurutnya, kampanye tersebut bukan untuk meminta masuk kuil, tapi sebagai “protes melawan patriarki dan praktik diskriminasi gender yang marak dalam masyarakat” dan bahwa mereka melawan seksisme dan tabu yang turun temurun.
Sejak dimulainya pada Sabtu lalu, tagar #HappyToBleed telah dibanjiri tanggapan, terutama dari kaum wanita muda perkotaan di India.
“Sudah lebih dari 100 wanita memasang foto mereka di Facebook sedang memegang banner dan kertas dengan slogan yang menarik dan masih banyak lagi yang memasangnya di lini masa mereka,” kata Azad kepada BBC.
Kampanye ini juga telah mendapat tanggapan banyak orang di Twitter yang menulis pesan-pesan dukungan. Tapi ada juga yang mempertanyakan apakah kaum wanita memang 'gembira' untuk berdarah karena menstruasi kerap kali terasa sakit.
Beginilah penjelasan Azad, “Kami menggunakan kata ‘gembira’ untuk menyatakan sarkasme, sebagai suatu satir, untuk mencolek yang berwenang, kekuatan-kekuatan patriarki yang mengkaitkan kenajisan dengan menstruasi.”
“Memang bisa menyakitkan, tapi mengeluarkan darah itu benar-benar normal dan tidak membuatku tidak suci,” pungkasnya. (Alx/Rcy)