Liputan6.com, Jakarta - Osama Bin Laden ditemukan tewas di rumah persembunyiannya di Abbotabbad, Pakistan, 2 Mei 2011. Tanda tanya pun mengemuka, siapa gerangan yang berhak mendapatkan 'hadiah' senilai US$ 25 juta atau Rp 344 miliar sesuai kurs saat ini, dari sayembara yang digelar Amerika Serikat (AS).
Jumlah sayembara itu merupakan salah satu yang tertinggi pada masanya.
Kisah 6 buron paling mahal di dunia pun menjadi banyak dilirik pembaca Liputan6.com di kanal Global edisi Rabu (2/12/2015), setelah sayembara perburuan Osama Bin Laden terungkap. Sementara 2 berita lainnya, termasuk kisah persembunyian prajurit desersi di hutan dan akhir hidup remaja yang mengalami alergi Wi-Fi.
Advertisement
Selengkapnya Top Global:
1. 6 Sayembara Buronan Paling Mahal di Dunia
Siapa yang tak tergiur dengan uang jutaan dan milaran rupiah, tapi syaratnya adalah memberikan informasi terkait buron yang tengah dalam pencarian pemerintah. Seperti salah satunya Osama Bin Laden yang 'dibanderol' US$ 25 juta atau Rp 344 miliar.
Tak hanya Osama, 6 buron lain juga dihargai cukup fantastis. US$ 50 juta digelontorkan untuk siapa saja yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada pelaku pengeboman pesawat Metrojet 9268 -- yang meledak dan jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Sementara pemerintah Amerika Serikat menawarkan uang sebesar US$ 25 juta kepada mereka yang bisa memberikan informasi terkait keberadaan Bos Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri.
2. 10 Tahun Desersi, Tentara Rusia Ditemukan Sembunyi di Hutan
Kisah polisi Rusia temukan seorang pria yang diketahui tengah disersi wajib militer negara juga menarik perhatian pembaca. Prajurit itu ternyata selama ini bersembunyi dalam hutan selama 10 tahun, tak pernah mengabari keluarganya maupun melaporkan keberadaannya kepada pemerintah setempat.
Prajurit itu kini berusia 30 tahun namun identitasnya tidak dibocorkan ke publik. Pada usia 19 ia mengikuti wajib militer dan ditempati di daerah terpencil di Semenanjung Kamchatka selama satu tahun.
3. Alergi Wi-Fi, Remaja Ini Bunuh Diri
Seorang Ibu meng-klaim anak gadisnya meninggal dunia karena alergi Wi-Fi, dan menuduh sekolahnya gagal dalam menghadirkan lingkungan sekolah yang aman.
Jenny Fry, seorang gadis 15 tahun dari Chadlington. Oxfordshire, ditemukan tewas di area hutan dekat rumahnya, pada 11 Juni tahun ini. Sebelum meninggal ia mengirim SMS ke temannya, mengatakan ia tidak pergi ke sekolah, dan berencana bunuh diri.
Pemeriksaan resmi mendengar bahwa remaja ini cerdas dan terorganisasi, namun hidupnya dibuat sulit karena ini memiliki kondisi electro-hypersensitivity (EHS)-- sensitifitas berlebihan terhadap sinyal elektronik.
Â