Liputan6.com, Tel Aviv - Pada hari ini, tahun 1961, di Tel Aviv, Israel, Adolf Eichmann, prajurit pasukan elit Nazi SS yang mengatur dan merancang keinginan Hitler untuk memusnahkan Yahudi divonis mati oleh pengadilan kriminal internasional di Israel.
Eichmann lahir di Solingen, Jerman, pada 1906. Pada November 1932, ia bergabung dengan pasukan elit Nazi SS (Schutzstaffel). Anggota SS adalah orang-orang yang menerjemahkan kebijakan anti-Semit Hitler, seperti para ahli politik, intelejen dan ahli merancang pasukan pembunuh.
Baca Juga
Karier Eichmann makin menanjak dalam hirarki SS, dan saat Jerman berhasil masuk ke Austria pada 1038, ia dikirim ke Wina, kota tempat mayoritas Yahudi tinggal. Di sana, ia dengan cekatan merancng dan membangun sebuah pusat pendataan Yahudi, termasuk aksinya dianggap sukses oleh Hitler.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, pada 1939 ia melakukan misi yang sama di Polandia. Setelah itu, ia ditunjuk kepala pusat keamanan SS yang berkantor di Berlin. Oleh kepala Gestapo, Heinrich Muller, ia dipuji.
"Jika kita memiliki 50 Eichmann, kita akan memenangkan perang ini," begitu kalimat Muller kepadanya.
Pada Januari 1942, Eichmann bertemu dengan petinggi Nazi di Wannasee Conference untuk merancang 'solusi akhir pertanyaan Yahudi', seperti yang diminta oleh salah satu petinggi Hermann Goering. Para bos SS itu memutuskan untuk membumihanguskan populasi Yahudi seantro Eropa. Eichmann ditunjuk sebagai orang yang merancang keinginan itu. Ia diminta untuk mengidentifikasi dan mengirim jutaan Yahudi dari rumah-rumah tahanan ke kamp-kamp kematian.
Tugasnya sungguh efisien sekaligus mematikan. Lebih dari 4 juta Yahudi mati karena kepiawaiannya merancang mulai dari identifikasi sampai merancang kamp kematian, seperti dilansir dari This Day in History.
Menjelang berakhirnya perang, dan pasukan SS berhasil dilumpuhkan, Eichmann ditangkap oleh pasukan AS. Namun, ia berhasil kabur pada 1946 dari penjara sebelum menghadapi Pengadilan Internasional Kejahatan Perang Nuremberg.
Eichmann berkelana dengan berbagai identias palsu di Eropa hingga ke Timur Tengah. Pada 1950 ia tiba di Argentina, negara dengan kebijakan imigrasi yang bobrok serta menjadi 'surga' bagi pelarian termasuk anggota Nazi lainnya.
Pada 1957, jaksa di Jerman mendapat kabar bahwa Eichmann berada di Argentia dan menghubungi Israel untuk meminta bantuannya. Mossad, agen mata-mata Israel pun ditempatkan di Argentina, dan pada awal 1960an mereka mendapatkan informasi Eichmann tinggal di San Fernando dekat Buenos Aires dengan menggunakan nama Richardo Klement.
Pada Mei 1960, Argentina merayakan hari jadi ke-150 tahun atas kemenangan melawan Spanyol. Banyak turis datang ke negeri itu. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Mossad untuk mengirimkan lebih banyak agen.
Israel yang tahu bahwa Argentina tak mungkin mengekstradiksi Eichmann untuk persidangan, memutuskan untuk menculiknya dan membawa Eichmann secara ilegal ke Tel Aviv.
Pada 11 Mei, agen Mossad menangkap Eichmann yang baru saja turun dari bus dan berjalan kaki menuju rumahnya. Keluarganya menghubungi rumah sakit, alih-alih polisi. Pemerintah Argentina tidak tahu-menahu operasi itu.
Pada 20 Mei, Eichmann diselundupkan dari Argentina dengan berpura-pura sebagai pekerja kemanusiaan Tel Aviv yang terluka di kepala. Tiga hari kemudian, Perdana Menteri Israel Davin Ben-Gurion mengumumkan Eichmann berada dalam tahanan pemerintahannya.
Argentina meminta Eichmann untuk dikembalikan ke negerinya, namun argumentasi Israel mengatakan ia terlibat kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.
Pada 11 April 1961, Eichmann menjalani sidang pertama di Yarusalem. Ini adalah sidang yang pertama kali disiarkan di televisi dalam sepanjang sejarah.
Eichmann menerima 15 dakwaan, termasuk kejahatan kemanusiaan, kejahatan kepada orang Yahudi, dan kejahatan kriminal perang. Ia mengklaim bahwa ia hanya mengikuti perintah, namun para juri tidak setuju, dan hakim memutuskan ia bersalah pada 15 Desember 1961 dan divonis hukuman mati.
Pada 31 Mei 1962, ia digantung sampai mati di dekat Tel Aviv. Menjelang tali mencabut nyawanya, ia berkata, "Aku menuju kematianku dengan tertawa, karena aku adalah orang di balik jutaan kematian Yahudi yang telah memberikanku kepuasan."
Jasadnya lalu dikremasi dan abunya disebar ke laut.
Pada hari yang sama tahun 2014, sebuah drama penyanderaan terjadi di Kafe Lindt di Sydney, Australia. Mon Haron Monis, seorang ulama Iran yang mendapatkan status pencari suaka di Australia membawa pistol dan menodongkan ke kepala manajer kafe, Tori Johnson.
Ia lalu menyandera 17 orang dan membunuh korban Katrina Dawson. Beberapa sandera berhasil kabur dari pintu belakang.
Polisi akhirnya menembaknya hingga tewas dan mengakhiri drama penyanderaan 16 jam.