Menakjubkan, Ini Penampakan Seluruh Alam Semesta dalam 1 Gambar

Matahari berada di pusat gambar tersebut, diikuti oleh planet-planet yang ditempatkan sesuai urutannya dalam tata surya.

oleh Amry Sitompul diperbarui 06 Jan 2016, 17:26 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2016, 17:26 WIB
Ilustrasi alam semesta.
Ilustrasi alam semesta.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang seniman menghasilkan karya seni luar biasa dengan menggunakan peta logaritmik dan citra satelit. Adalah Pablo Carlos Budassi yang sukses merangkum dan memuat keseluruhan jagat raya yang amat luas ke dalam sebuah gambar berwarna.

Gambar buatannya menampilkan segala isi alam semesta, mulai dari matahari sampai galaksi Andromeda hingga plasma sisa peninggalan Big Bang miliaran tahun yang lalu.

Desain gambar ini dibuat berdasarkan peta logaritmik yang disusun oleh Princeton University dan citra satelit dan teleskop yang diambil oleh NASA dengan teleskop dan satelit.

Peta logaritmik dapat digunakan untuk membantu kita memvisualisasikan wilayah yang sangat luas karena tiap 'langkah' skala pada sumbunya bertambah dengan faktor pengali 10 kali lipat.

Matahari berada di pusat gambar tersebut, diikuti oleh planet-planet yang ditempatkan sesuai urutannya dalam tata surya. Menakjubkan!

Dalam gambarnya, Budassi menghadirkan cincin terluar dari Bima Sakti, sabuk Kiper, awan Oort, bintang Alpha Centauri, Perseus Arm, galaksi-galaksi terdekat lainnya, radiasi gelombang mikro kosmik yang tersisa dari Big Bang, serta diakhiri di bagian luar dengan cincin Plasma, yang juga peninggalan dari Big Bang.

"Lalu saat saya sedang menggambar hexaflexagon untuk hadiah ulang tahun (putraku), saya mulai menggambar pusat dari kosmos dan tata surya,” jelas Budassi kepada Tech Insider lewat email.

"Ide tampilan logaritmik terlintas hari itu dan di hari-hari berikutnya saya bisa (menggabungkannya) dengan photoshop menggunakan gambar-gambar dari NASA serta beberapa tekstur yang saya buat sendiri," tambah Budassi lagi seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (6/1/2016).

Para peneliti dari Princeton University membuat peta logaritmik menggunakan data dari Sloan Digital Sky Survey (SDSS) dengan teleskop optik sudut lebar, 2,5 meter di Apache Point Observatory, New Mexico.

Gambar menakjubkan alam semesta. (Unmismoobjectivo/Wikimedia Coomons/@Pablo Carlos Budassi)

Seperti tertulis dalam sebuah artikel di Science Alert, peta 3 dimensi terperinci buatan mereka ini memuat lebih dari 3 juta obyek astronomi.

SDSS telah mengukur citra puluhan juta galaksi dan posisi 3 dimensi dari sekitar 500 ribu obyek -- dengan menggunakan redshift yang diperoleh dari spektrum galaksi-galaksi tersebut.

Alam semesta ini tercipta sekitar 13,75 miliar tahun silam dan telah bertumbuh dengan sangat pesat sejak saat itu.

Para ilmuwan percaya kalau foton tertua yang mereka teliti telah menempuh perjalanan sejauh 45 hingga 47 miliar tahun cahaya, sejak kelahiran alam semesta lewat Big Bang. Hal ini berarti alam semesta yang kita ketahui lebarnya sekitar 93 miliar tahun cahaya.

Bulan Oktober 2015, para astronom mendapatkan penglihatan sekilas alam semesta paralel lain yang menabrak alam semesta kita ini.

Para ilmuwan menyebutkan kalau mereka menemukan sinyal-sinyal petunjuk dari ujung terluar alam semesta, yang mengisyaratkan kalau susunan alam semesta kita ini sedang diganggu oleh alam semesta lainnya yang sangat berbeda.

Analisis ini dapat memberikan satu dari potongan-potongan bukti awal teori multiverse -- teori yang menyebutkan kalau terdapat banyak alam semesta alternatif.

Proses pembuatan gambar menakjubkan alam semesta. (Unmismoobjectivo/Wikimedia Coomons/@Pablo Carlos Budassi)

Dr. Ranga-Ram Chary, peneliti di California Institute of Technology di Pasadena, kemudian memeriksa data dari gelombang mikro kosmik yang dikumpulkan lewat teleskop Planck Space milik Badan Antariksa Eropa.

Dalam cahaya yang merupakan peninggalan dari saat-saat pasca-Big Bang dahulu ini, ia menemukan sejumlah titik di mana sinar gelombang mikronya jauh lebih terang dari yang seharusnya.

Dr. Chary lantas mengklaim kalau hal ini mungkin adalah sinyal yang disebabkan oleh interaksi antara alam semesta kita dengan alam semesta lain, beberapa ratus ribu tahun pasca terjadinya Big Bang, 13,8 miliar tahun silam.

Menurut New Scientist, yang pertama sekali melaporkan penelitian Dr. Chary -- seperti dua gelembung (bubbles) yang menabrak satu sama lain.

Alam semesta-alam semesta gelembung ini (bubble universes), yang mengembang di dalam multiverse (dunia yang memuat beberapa alam semesta), bertabrakan satu sama lain selagi mereka mengembang, dan meninggalkan jejak di permukaan masing-masing.

Masih ingin mengetahui hal menakjubkan tentang alam semesta? Baca juga: 26 Fakta Alam Semesta yang Bikin Merinding dan Merenung...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya