Dunia Sesali Kematian Badak Sumatera di Kalimantan

Seekor Badak Sumatra langka yang baru sebulan ditemukan, meninggal karena infeksi. Para konservasionis pun berduka atas hal tersebut.

oleh Citra Dewi diperbarui 08 Apr 2016, 07:04 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2016, 07:04 WIB
Najaq, Badak Sumatra yang ditemukan di Kutai Barat, Kalimantan Timur (Foto: Ari Wibowo/WWF Indonesia).
Najaq, Badak Sumatra yang ditemukan di Kutai Barat, Kalimantan Timur (Foto: Ari Wibowo/WWF Indonesia).

Liputan6.com, Kutai Barat - The World Wide Fund for Nature (WWF) berhasil menangkap seekor Badak Sumatera betina berusia sekitar 4 atau 5 tahun di Kutai Barat, Kalimantan Timur, pada 12 Maret lalu.

Hewan terancam punah tersebut ditemukan dalam sebuah jebakan yang ditujukan untuk memindahkan badak ke tempat yang lebih aman dari aktivitas perkebunan maupun perburuan.

Penemuan tersebut merupakan kabar bahagia bagi para konservasionis maupun pencinta lingkungan. Pasalnya, hal tersebut merupakan yang pertama setelah 40 tahun badak tak menampakkan kemunculannya di alam liar Kalimantan.

Namun kebahagiaan tersebut tak bertahan lama. Seperti yang dikutip dari The Washington Post, Jumat 7 April 2016, sebulan setelah ditemukan, badak betina bernama Najaq itu meninggal.

Sebuah organisasi bernama International Rhino Foundation pun turut berduka atas kabar kematian Badak Sumatera itu. Dalam laman Facebooknya tertulis bahwa hal tersebut dapat menjadi pelajaran.

"Kami bersedih atas kabar duka yang datang dari Kalimantan. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari peristiwa tersebut. Harapan kami adalah jika badak lainnya ditemukan di Kalimantan, agar dikirim ke tempat Sumatran Rhino Sanctuary di mana mereka dapat dirawat dengan fasilitas permanen oleh dokter hewan berpengalaman dan para penjaga," tulis mereka.

Ketua Konservasi WWF Indonesia, Arnold Sitompul, mengatakan walaupun penyebab kematiannya masih diselidiki, namun diduga kuat Najaq meninggal karena menderita infeksi parasit yang mungkin disebabkan karena terperangkap akibat aktivitas perburuan.

"Hal tersebut menunjukkan ancaman yang dihadapi Badak Sumatera dan menjadi hal penting mengapa kita terus berjuang dengan dukungan besar dari pemerintah dan para ahli untuk menjaga populasi Badak Sumatera yang tersisa," ujar Sitompul.

Najaq, Badak Sumatra yang ditemukan di Kutai Barat, Kalimantan Timur (Foto: Ari Wibowo/WWF Indonesia).

Badak Sumatera yang dikenal sebagai spesies badak yang paling kecil dan banyak memiliki rambut, pada zaman dahulu merupakan hewan dengan jumlah berlimpah di Asia Tenggara.

Namun maraknya perburuan dan aktivitas seperti pertambangan dan pertanian menurunkan jumlah mereka. Bahkan pemerintahan Malaysia telah mengumumkan bahwa hewan tersebut telah punah.

Konservasionis juga sebenarnya tak yakin dengan keberadaan badak di Kalimantan. Namun pada 2013, sebuah kamera berhasil memotret hewan tersebut dan diperkirakan ada 15 badak di Kalimantan dan 85 di Sumatera.

Seperti yang dilansir oleh National Geograpic, Badak Sumatra dapat memiliki bobot hingga 800 kilogram dengan panjang 2,5 sampai 3,2 meter. Diperkirakan hewan tersebut hanya tersisa 100 ekor di dunia dan menjadikannya salah satu hewan paling langka di Bumi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya