14-4-1865: Abraham Lincoln Dibunuh oleh Aktor Ternama AS

Tokoh anti perbudakan itu meregang nyawa di tangan seorang aktor John Wilkes Booth.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 14 Apr 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2016, 06:00 WIB
Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln disebut pernah mengalami fenomena doppelgaenger
Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln disebut pernah mengalami fenomena doppelgaenger (Pinterest)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat pada hari ini sejarah kelam terjadi di Amerika Serikat. Presiden ke-16 negara tersebut Abraham Lincoln tewas dengan cara mengejutkan.

Tokoh anti-perbudakan itu meregang nyawa di tangan seorang aktor John Wilkes Booth. Pria tersebut merupakan aktor ternama di Negeri Paman Sam saat itu.

Lincoln dibunuh saat dia tengah berada di Ford's Theatre, Washington DC. Aksi pembunuhan terhadap orang nomor satu di AS itu terjadi pukul 22.00.

 

Aksi pembunuhan tersebut bermula saat Booth masuk ke tempat Lincoln duduk di ruangan VIP gedung tersebut.

Sampai di ruagangan tersebut, John lalu melepaskan tembakan ke arah Lincoln yang tengah duduk membelakanginya, seperti dilansir dari America Library.

Sontak, kejadian itu menyebabkan Lincoln langsung terjatuh ke lantai. Orang Nomor Satu di AS pun bersimbah darah.

Usai menembak, Booth langsung kabur dari pintu belakang. Para pasukan pengaman presiden gagal mengejar dia.

Lincoln sebenarnya sempat dibawa ke Petersen's Boarding House untuk mendapat perawatan. Sayangnya, nyawanya tak tertolong.

Lincoln dinyatakan meninggal dunia keesokan harinya. Presiden yang juga merupakan Bapak Demokrasi AS itu dimakamkan di Springfield, Illinois.

Setelah Lincoln tewas pengejaran terhadap Booth terus dilakukan di seantero AS. Orang tersebut menjadi buron nomor satu.

Setelah melakukan operasi pencarian, tempat persembunyian Booth akhirnya ditemukan. Namun, ketika disergap, Booth ditembak di tempat karena mencoba kabur.

Penembakan Lincoln ternyata didasari atas perang saudara antara wilayah Utara dan Selatan Amerika Serikat. Pelaku menganggap dengan membunuh Abraham Lincoln, maka hal itu dapat memberikan keuntungan bagi pihak Selatan.

Ketika itu, di bawah pemerintahan Lincoln, pihak Utara baru saja menduduki pihak Selatan.

Selain peristiwa tersebut ditanggal yang sama, pada 2010, gempa di 6,9 skala Ritcher mengguncang Qinghai China, setidaknya, 2.700 orang tewas. Sementara itu, 1988 Uni Soviet memutuskan menarik pasukannya dari Afghanistan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya