China Latih 'Nelayan Milisi' Memancing di Wilayah Sengketa?

Nelayan itu tak hanya dilatih mencari ikan, namun juga terlatih untuk operasi mata-mata.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Mei 2016, 13:09 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2016, 13:09 WIB
China Latih 'Nelayan Milisi' Untuk Mancing di Wilayah Sengketa?
China Latih 'Nelayan Milisi' Untuk Mancing di Wilayah Sengketa? (Reuters)

Liputan6.com, Hainan - Sebuah pangkalan pemancingan bergaya militer ditemukan di kota nelayan kecil di Pulau Hainan. Segala keperluan pelatihan militer hingga subsidi bahan bakar dan es tersedia. Hal itu dilakukan oleh pemerintah China untuk melatih para nelayan semakin mahir untuk bisa menjaring ikan di perairan Laut China selatan.

Latihan dan dukungan termasuk pelatihan di lautan serta kemampuan para nelayan untuk mencari informasi tentang kapal asing, pejabat pemerintah provinsi, diplomat wilayah dan para eksekutif perusahaan perikanan.

"Milisi maritim kini semakin banyak dibutuhkan karena negara memerlukannya juga karena ada keinginan para nelayan untuk semakin dilibatkan dalam pelayanan nasional dan melindungi aset negara," kata salah seorang penasihat dari Pemerintah Hainan yang enggan disebut namanya kepada Reuters, Minggu (1/5/2016).

Namun, nelayan milisi juga mempertinggi risiko konflik dengan angkatan laut luar negeri di perairan strategis dengan angka perdagangan US$ 5 triliun tiap tahunnya. Hal tersebut diungkapkan oleh para diplomat dan ahli kelautan.

Pihak PBB telah menggelar patroli air dan udara dekat pulau buatan China dekat kepulauan Spartlys yang tengah sengketa. Patroli itu termasuk pesawat pengebom B-52 pada November tahun lalu. Sementara itu, AS pada Februari mengatakan akan meningkatkan 'kebebasan navigasi' di wilayah pencarian ikan di sekitar area sengketa.

Departemen Pertahanan Rakyat tingkat kota menyediakan pelatihan dasar militer bagi para nelayan, kata penasehat pemerintah Hainan.

Pelatihan itu termasuk kemampuan operasi pencarian dan penyelamatan saat bencana di perairan, dan 'menjaga kedaulatan China', kata penasehat untuk Laut China Selatan.

Pelatihan, termasuk di laut, akan diadakan pada Mei dan Agustus. Pejabat itu mengatakan, pemerintah akan membayar para nelayan.

Bahkan pemerintah menyuruh para nelayan itu menggunakan kapal lebih besar dengan baja dibanding kapal kayu.

Membawa GPS dan Senjata

Pemerintah Hainan juga menyediakan peralatan GPS untuk 50.000 kapal nelayan agar para nelayan dapat dengan mudah menghubungi penjaga pantai Tiongkok untuk keperluan darurat termasuk berhadapan dengan kapal asing.

Beberapa nelayan Hainan dan diplomat kepada Reuters mengatakan, kapal-kapal nelayan itu membawa senjata.

Menurut otoritas, kapal nelayan 'milisi' itu juga memiliki misi untuk memata-matai aktivitas kapal asing di lautan.

China Latih 'Nelayan Milisi' Untuk Mancing di Wilayah Sengketa? (Reuters)

Tak main-main, salah satu pelaku industri perikanan milik pemerintah, Hainan South China Sea Modern Fishery Group mengatakan dalam lamannya, "menyediakan keperluan militer dan komersial, siap dengan tentara dan warga sipil." Salah satu tujuannya, menurut perusahaan itu adalah, agar bendera China berkibar di Spartlys.

"Mempertahankan kedaulatan adalah tugas pemerintah. Namun, berlaku juga bagi nelayan seperti kami," kata Ye Ning, general manajer perusahaan itu.

Tak tanggung-tanggung, perusahaan itu menyediakan bahan bakar, air dan es bagi nelayan yang mengambil ikan di Spartlys. Juga menjamin akan membeli ikan.

"Makin banyak risiko di laut karena makin banyaknya kapal asing," kata Huang Jing, seorang nelayan di kota Baimajing.

"Namun, China makin kuat sekarang. Saya percaya pemerintah," lanjutnya lagi.

China sejauh ini adalah negara dengan industri perikanan terbesar. Namun menurut diplomat dan pelaku industri, negara itu kebanyakan mencari ikan di wilayah negara lain dan di daerah sengketa.

Namun menurut juru bicara menteri luar negeri Lu Kang mengatakan tak ada pelatihan macam itu buat nelayan.

"Tak ada pelatihan nelayan untuk memperkuat kedaulatan China di Laut China Selatan. Cerita seperti itu tidak benar," kata Lu Kang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya