Wali Kota Sadiq Khan: London Akan Tetap Sukses Pasca-Brexit

Wali Kota London, Inggris, Shadiq Khan angkat bicara soal mundurnya David Cameron dari posisi perdana menterinya.

oleh Adanti Pradita diperbarui 24 Jun 2016, 16:48 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2016, 16:48 WIB
Sadiq Khan
Walikota Muslim London, Sadiq Khan. (sumber: Daily Mail)

Liputan6.com, London- Menanggapi keputusan David Cameron untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Perdana Menteri Inggris, Wali Kota London, Sadiq Khan buka suara. Melalui akun Twitter resminya, ia mengisyaratkan bahwa London tak akan mengalami perubahan yang bersifat negatif.

"Kota London akan terus menjadi kota yang sukses seperti hari ini," tulis Sadiq Khan seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (24/6/2016). 

Sadiq Khan sebelumnya memutuskan untuk satu suara dengan David Cameron, terkait keputusan Inggris untuk menetap atau hengkang dari Uni Eropa (UE). Keduanya senada soal keharusan Inggris menetap dalam lingkup organisasi tersebut.

Seperti dimuat dalam New York Post, Sadiq Khan mempunyai pandangan yang dinilai bertolak belakang dengan wali kota sebelumnya, Boris Johnson. Ia menilai penting bagi kotanya dan perekonomian negara tersebut secara keseluruhan, untuk tetap bersinergi dengan Uni Eropa.

Sementara itu, perdana menteri sekaligus pemimpin Partai Konservatif Inggris, David Cameron resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran dirinya diumumkan usai peresmian keputusan Brexit yang dilakukan Jumat 24 Juni pukul 08.23 waktu setempat.

Mandat

Melansir dari The Guardian, Cameron diberikan mandat dan mempunyai tugas untuk tetap berada di posisinya kendati sudah lebih dari 80 anggota parlemen menandatangani surat keputusan untuk memintanya mundur. Sementara sejumlah figur dari Partai Konservatif dan beberapa lainnya menginginkan ia tak lagi menjabat.

Mereka yang menginginkan David Cameron turun jabatan termasuk, Hilary Benn, politikus Partai Buruh sekaligus anggota Parlemen Inggris; Nigel Farage, pemimpin UK Independence Party (UKIP); dan tokoh-tokoh terkemuka dari partai oposisi lainnya.

Kritik dan desakan untuk David Cameron turun dari jabatannya mengalir deras setelah lebih dari separuh pemungut suara di Inggris memilih jalur Brexit -- sebuah pilihan yang bertentangan dengan keputusan terbesar yang pernah ia ambil semasa berpolitik.

Inggris telah berhasil menggelar sebuah referendum melalui proses pemungutan suara yang dilaksanakan di 382 lokasi di Inggris pada Kamis, 23 Juni 2016 waktu setempat.

Pemungutan suara tersebut penting untuk menentukan status Inggris terhadap Uni Eropa yaitu, menetap atau Brexit, hengkang dari Uni Eropa. Keputusan akhir menunjukkan bahwa Inggris lepas dari UE.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya