Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan perkembangan terkait penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf terhadap 7 WNI di laut Filipina Selatan. Peristiwa ini merupakan yang ketiga kalinya dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam pernyataan persnya Menlu Retno mengatakan memperoleh beberapa informasi terkait penyanderaan yang dilakukan di Filipina setelah berkomunikasi intensif dengan berbagai pihak.
"Pertama, 7 ABK WNI kita dalam keadaan baik," kata Menlu Retno di kantornya, Selasa (28/6/2016).
Mantan Dubes RI untuk Belanda ini menjelaskan, meski sempat terpisah saat ini seluruh ABK WNI telah berada dalam satu kelompok.
"Kedua, sebagaimana diketahui, sandera diambil oleh dua kelompok yang berbeda. Namun dalam perkembangan berdasarkan informasi yang kita peroleh, saat ini mereka sudah berada dalam satu kelompok," ujar Menlu.
Advertisement
"Terkadang mereka dipindahkan dan dipecahkan dalam dua kelompok. Mereka maish terus berpindah dan diperkirakan masih di sekitar Pulau Colo," imbuhnya.
Kementerian Luar Negeri juga telah menghubungi pihak keluarga dan akan terus mengomunikasikan perkembangan terkini yang dialami para ABK WNI.
Ketujuh WNI yang diculik baru-baru ini merupakan ABK tug boat Charles 001 dan tongkang Roby 152. Kabar mengenai penculikan 7 WNI ABK ini pertama kali diterima oleh istri ABK bernama Ismail, Dian Megawati.
Warga Samarinda itu mengaku dihubungi suaminya dan juga pembajak dari kelompok Abu Sayyaf. Kepada istrinya, Ismail bercerita bahwa tawanan dibagi menjadi dua kelompok.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, motivasi penculikan ini didasari oleh uang tebusan. Namun dia menegaskan Indonesia tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk kelompok penyandera.
"Jadi kan begini, Pemerintah Indonesia tidak menghendaki ada tebusan. Tetapi mereka kan akalnya banyak, siapa tahu kan dengan berusaha seperti ini ada tebusan-tebusan," kata Gatot belum lama ini.