6 ABK yang Bebas Berikan Informasi Terkait Penyanderaan 7 WNI

Kemenlu menjamin bahwa pemerintah Indoneisa memprioritaskan keselamatan sandera ABK WNI.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Jun 2016, 14:45 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2016, 14:45 WIB
20160112-Menlu Indonesia Retno LP Marsudi Terima Kedatangan Menlu Singapura
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi berpose usai melakukan pertemuan di Gedung Pancasila, Jakarta, (12/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pada hari Sabtu, 25 Juni 2016, 6 anak buah kapal (ABK) yang tidak ikut disandera telah tiba di Pelabuhan Semayang, Balikpapan dengan menggunakan kapal tug boat Charles.

Keenam ABK tersebut telah memberikan keterangan kepada TNI AL terkait dengan penyanderaan 7 ABK lainnya.

"Berdasarkan informasi yang baru saja saya peroleh dari Kepala Staf AL, mereka sudah dapat kembali ke keluarga," tutur Menlu Retno Marsudi dalam keterangan pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta.

Kemenlu juga memperoleh informasi mengenai penyanderaan dari keenam ABK tersebut.

"Pertama rute kapal, adalah dari Tagoloan - Cagayan de Oro, Mindanao, ke Samarinda," ujar Menlu Retno. 

Enam ABK tersebut juga membenarkan terjadinya dua kali pengambilan sandera. Yakni 3 orang pada penyanderaan pertama, dan 4 orang saat kejadian kedua.

"Penyandera pertama terdiri dari 5 sampai 6 orang, dengan memakai senjata. Penyandera kedua terdiri dari 8 sampai 10 orang, dengan menggunakan senjata," tutur Menlu Retno.

Mantan Dubes Indonesia untuk Belanda itu juga menambahkan, Pemerintah Indonesia tetap memprioritaskan keselamatan sandera, dengan mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak.

Ketujuh WNI yang diculik baru-baru ini merupakan ABK tug boat Charles 001 dan tongkang Roby 152. Kabar mengenai penculikan 7 WNI ABK ini pertama kali diterima oleh istri ABK bernama Ismail, Dian Megawati.

Warga Samarinda itu mengaku dihubungi suaminya dan juga pembajak dari kelompok Abu Sayyaf. Kepada istrinya, Ismail bercerita bahwa tawanan dibagi menjadi dua kelompok.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, motivasi penculikan ini didasari oleh uang tebusan. Namun dia menegaskan Indonesia tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk kelompok penyandera.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya