'Dosa' Besar AS Terhadap Laos Membayangi KTT ASEAN

Meski kunjungan AS ke Vientiane dinilai bersejarah, ada luka lama Perang Vietnam yang membekas di hati rakyat Laos hingga kini...

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 06 Sep 2016, 11:17 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2016, 11:17 WIB
'Dosa' Besar AS Terhadap Laos Membayangi KTT ASEAN
'Dosa' Besar AS Terhadap Laos Membayangi KTT ASEAN (Reuters)

Liputan6.com, Vientiane - Kota Vientiane bersiap menggelar pesta besar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Toko-toko di ibu kota Laos itu telah dilengkapi dengan pendingin ruangan atau AC. Tuk-tuk dan taksi berseliweran. Kota yang biasanya tenang kini terlihat lebih hiruk-pikuk.

Selain menggelar KTT ASEAN, Laos juga akan menyambut kehadiran Presiden AS, Barack Obama. Negara itu menjadi tujuan bagi kunjungan terakhir Obama di Asia sebelum pensiun jadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam.

"Ini adalah momen bersejarah bagi hubungan AS dan Laos," kata Sekretaris Gedung Putih, Josh Earnest, seperti dikutip dari NPR.

Bagi Laos, ini adalah pertama kalinya seorang Presiden Amerika Serikat datang. Dan di sini...tempat di mana AS menorehkan sejarah kelam. 

Laos adalah negara paling banyak di bom dalam sejarahnya setelah AS menjatuhkan 2 juta ton amunisi selama Perang Vietnam. Taktik itu dilakukan Negeri Paman Sam demi menghentikan suplai (makanan dan senjata bagi tentara Vietnam) ke Kota Ho Chi Minh.

Sisa-sisa amunisi mematikan itu masih menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Nasib malang itulah yang menimpa Yie Yang.

Yie Yang korban bom yang masih tertanam di Laos selama perang rahasia AS saat Perang Vietnam. Operasi AS menanam bom demi memutus suplai ke Vietnnam dari Laos. (CNN)

Selama dua tahun setelah bom simpanan AS meledak, ia tak ingin keluar rumah. Mengunci diri.

"Aku tak bisa bertani, aku tak bisa bertemu teman-temanku karena mereka takut melihat kondisiku," tutur Yang seperti dikutip Liputan6.com dari CNN, Selasa (6/9/2016).

"Aku... tak ingin hidup lagi."

Yang baru saja berusia 22 taun dan saat itu ia tengah membakar sampah di desanya di Provinsi Xieng Khoung di timur laut Laos. Namun tiba-tiba, sebuah bom meledak menghancurkan kelopak mata, bibir atas, kuping dan memutuskan salah satu tangannya. Tubuhnya sakit bukan kepalang.

"Aku ingat aku sedang membakar sampah, lalu tiba-tiba ada ledakan. Aku tak sadarkan diri selama 2 minggu. Aku menderita sakit... sakit luar biasa di sekujur hidupku."

Luka-lukanya itu tak ia dapati dari konflik baru, melainkan sisa-sisa perang 40 tahun lalu yang hingga kini masih mengancam hidup masyakarat di negeri kecil di Asia Tenggara itu.

Sekitar 80 juta bom yang tak meledak masih tertanam di seluruh negeri itu. Sebuah warisan mematikan yang disebut "rahasia perang kotor" AS di Laos. "Dosa" tersebut datang dari misi CIA selama Perang Vietnam.

AS menjatuhkan dan menanam bom di Laos dari tahun 1964 hingga 1973.

Operasi itu dilakukan untuk memblokade suplai Vietnam yang menggunakan jalur kereta api dari selatan Laos ke Kota Ho Chi Minh.

Masih kurang dari 1 persen bom tanam AS di Laos yang baru dibersihkan (Reuters)

Juga membantu pendukung pemerintah Laos di perang sipil melawan kekuatan komunis di utara.

Total bom selama tahun 1964 hingga 1973 mencapai 2 juta ton.

Kebanyakan bom yang dijatuhkan dan ditanam adalah bom klaster --yang berputar terlebih dahulu sebelum meledak dan menyebarkan ratusan bom kecil. Warga lokal menyebutnya bombies.

Hingga hari ini, kurang dari 1 persen bom baru dipindahkan, menurut NGO Legacies of War.

Masyarakat Laos hingga kini tak bisa melupakan kepedihan Perang Vietnam yang berdampak pada diri mereka. "Perang Rahasia" itu hingga kini masih mencabut nyawa.

Lebih dari 2.000 orang tewas atau terluka hingga cacat oleh bom yang tak meledak semenjak perang berakhir.

Dikira Mainan

Dan kini, tiap tahunnya 50 orang tewas atau terluka kena bom. Sebesar 40 persen korbannya adalah anak-anak.

"Bombies itu seukuran bola tenis," kata pendiri Legacies of War, Channapha Khamvongsa.

"Anak-anak mengira itu mainan, mereka mengambilnya lalu melemparnya. Biasanya, terjadi ledakan yang mematikan," ujar Khamvongsa.

Menurut dia, petani juga salah satu yang paling parah terkena dampaknya.

"Sekitar 80 persen orang bergantung hidupnya pada pertanian. Menanam padi atau tumbuhan di ladang. Mereka berisiko tinggi menemukan bom yang ditanam itu," katanya.

Presiden Obama yang tiba di Vientiane Senin malam diharapkan akan berbicara soal warisan AS saat masa perang.

'Dosa' Besar AS Terhadap Laos Membayangi KTT ASEAN (Reuters)

"Warga di sini sangat penasaran apa yang akan dikatakan seorang Presiden AS tentang apa yang telah mereka lakukan di Laos. Itu akan membuat masa lalu kelam mendapatkan jawaban yang jelas," ujar Khamvongsa.

Tak Ingin Anak-Anak Jadi Korban

Yang kini berusia 30 tahun, ayah dari tiga anak-anak kecil.

Saat bom meledak, ia sudah bertunangan dan siap menikah dan punya pekerjaan sebagai buruh. Namun, kini ia tak punya pekerjaan.

Sang tunangan memenuhi janji menikahinya. Kini perempuan itu menjadi pencari nafkah utama untuk menghidupi keluarga kecil itu.

Namun, ia khawatir akan masa depan anak-anaknya selama bom masih tertanam di Laos.

"Aku takut anak-anakku jadi korban sepertiku. Dan tentunya... aku khawatir, bagaimana nanti kelak aku membesarkan mereka dengan kondisiku seperti ini," tutup Yang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya