Hillary Clinton Tuduh Donald Trump 'Boneka' Putin

Topik Rusia dan Vladimir Putin memanaskan debat pamungkas antara dua calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 20 Okt 2016, 08:48 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2016, 08:48 WIB
Debat Capres Terakhir
Donald Trump menyimak pemaparan Capres AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton saat debat capres AS ketiga dan terakhir di University of Nevada, Las Vegas, Rabu (19/10). (REUTERS/Mark Ralston/Pool)

Liputan6.com, Las Vegas - Topik Rusia dan Vladimir Putin memanaskan debat pamungkas antara dua calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump.

Perdebatan diawali ketika moderator debat, Chris Wallace dari Fox News menanyakan soal email Hillary yang dibocorkan WikiLeaks.

Dalam surat elektronik tersebut, Hillary mengatakan soal impiannya, yakni tentang perdagangan terbuka dan perbatasan yang terbuka (open borders). 

"Yang saya maksudkan adalah soal energi. Kita memperdagangkan lebih banyak energi dengan para tetangga kita, lebih banyak daripada dengan negara lain di dunia," kata Hillary membantah bahwa open border yang ia maksud adalah soal perbatasan.

Hillary kemudian menyinggung soal aksi WikiLeaks yang membocorkan email-nya secara masif. "Yang terpenting soal WikiLeaks adalah bahwa pemerintah Rusia melakukan aksi spionase terhadap AS. Itu dilakukan dari level tertinggi, dari Putin sendiri, untuk mempengaruhi pemilu ini," kata dia.

Trump kemudian membantah pernyataan Hillary yang menghubungkannya dengan Putin.

"Aku tak tahu Putin. Jika kita berhubungan dengan baik...itu karena dia (Putin) tak menaruh hormat padanya (Hillary). Ia tak menghormati presiden kita (Obama). Ada 1.800 hulu ledak nuklir dan ia bertindak seperti pengecut," kata capres Republik itu.

Clinton kemudian melancarkan tudingan. "Itu karena dia (Putin) ingin punya boneka yang menjabat sebagai Presiden AS.

"Bukan boneka! Kamu yang boneka," Trump menyerang balik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya