Liputan6.com, Jakarta - Tak seperti pada masa lalu, manusia modern jauh lebih mudah untuk mendapatkan akses informasi. Apalagi dengan perkembangan teknologi internet. Cukup dengan jari, dunia 'terpampang' di depan kita.
Namun, keyakinan sejumlah orang -- yang sebenarnya keliru -- tak terguncangkan. Hal itu ternyata juga didukung kabar-kabar bohong (hoax) yang beredar di dunia maya, yang sama sekali tak faktual.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan di Amerika Serikat, yang masih dianggap negara adidaya, sebagian masyarakat di sana masih berpegang pada keyakinan-keyakinan keliru. Misalnya, terhadap 9 hal berikut ini, seperti dikutip dari situs Listverse, Sabtu (12/11/2016):
1. Matahari Berputar Mengelilingi Matahari
Sebuah survei dilakukan pada tahun 2012 terhadap 2.200 orang dewasa di Amerika Serikat. Penyelenggaranya adalah National Science Foundation.
Sementara secara umum responden menunjukkan ketertarikan pada kemajuan dalam bidang ilmiah, terutama terkait medis, respons mereka terhadap sejumlah pertanyaan bikin para peneliti tercengang.
Salah satunya saat para responden disodori pertanyaan, "Apakah Matahari mengelilingi Bumi, atau Bumi mengelilingi Matahari?
Satu dari empat responden menjawab, Matahari lah yang mengelilingi planet manusia.
Dalam survei senada, responden di China dan Uni Eropa juga tak tepat saat menjawab pertanyaan soal astronomi, namun mereka terbukti lebih baik saat menjawab hal-hal soal evolusi manusia dan kesehatan.
Sekitar setengah dari responden AS berpendapat, teori evolusi adalah palsu. Mereka juga tidak menyadari bahwa antibiotik tidak efektif terhadap virus.
2. Barack Obama adalah Seorang Muslim
Nama lengkap Obama adalah Barack Hussein Obama Jr. Bahwa benar ayahnya yang berasal dari Kenya adalah pemeluk agama Islam. Namun, faktanya, Presiden ke-44 Amerika Serikat itu adalah pemeluk Kristiani.
Sejak kampanye pertamanya, pria keturunan Afrika itu menghadapi serangan bertubi-tubi dari lawan-lawannya. Khususnya, terkait identitasnya.
Serangan paling 'umum' adalah yang menuding Obama tak lahir di Amerika Serikat. Tuduhan itu terus berulang hingga kampanye Pilpres 2016, meski ia telah merilis akte kelahirannya ke publik pada 2011.
Menurut survei yang dilakukan CNN pada 2015, 1 dari 3 responden atau sekitar 43 persen meyakini, Obama adalah seorang Muslim.
Anehnya, makin banyak orang AS yang meyakini hal tersebut tiap tahunnya. Pada jajak pendapat serupa pada 2012, hanya 16 persen yang meyakini bahwa Obama adalah seorang Muslim.
3. Manusia dan Dinosaurus Hidup Berdampingan
YouGov menggelar jajak pendapat yang waktunya kebetulan bersamaan dengan rilis film Jurassic World pada 2015.
Sebanyak tiga perempat responden secara tepat menjawab bahwa saat ini belum dimungkinkan untuk melakukan kloning dinosaurus dari ekstraksi DNA fosil.
Namun, yang mengejutkan, sekitar 41 persen meyakini bahwa manusia dan dinosaurus hidup dalam masa yang bersamaan.
Keyakinan spiritual mendasari jawaban tersebut. Hampir 80 persen dari responden yang percaya bahwa manusia dan dinosaurus hidup berdampingan, juga meyakini mereka melalui reinkarnasi.
Sementara, di antara mereka yang tak religius, jumlahnya sekitar 50 persen.
Faktanya, dinosaurus dan manusia pertama yang hadir di dunia terpisah jeda waktu sekitar 60 juta tahun.
4. Usia Bumi Kurang dari 10.000 Tahun
Jajak pendapat Gallup pada 2014 menemukan perpecahan di kalangan responden soal usia Bumi.
Di satu sisi, sejumlah responden meyakini Bumi dan manusia diciptakan dalam bentuk sempurna sekitar 6.000 hingga 10.000 tahun lalu.
Sekitar 40 persen yang meyakini Young Earth Creationism atau Kreasionisme Bumi muda -- yang meyakini bahwa alam semesta, Bumi, dan semua kehidupan diciptakan secara langsung oleh Tuhan dalam jangka waktu yang relatif pendek, antara 5.700 hingga 10.000 tahun yang lalu.
Kurang dari 20 persen responden sama sekali tak menyebut soal peran Tuhan dalam penciptaan Bumi -- cocok dengan mereka yang tak percaya dengan keajaiban (20 persen).
5. Perang Saudara adalah Soal Hak Negara Bagian
Meski setelah 150 tahun berlalu, pendapat warga Amerika Serikat soal Perang Saudara atau Civil War (1861–1865) terbelah.
Jajak pendapat yang digelar Pew baru-baru ini mengungkapkan, setengah rakyat AS yakin, konflik yang terjadi terkait perjuangan atas hak, bukan -- yang sebenarnya -- dipicu soal perbudakan.
Informasi yang salah itu bahkan muncul dalam buku-buku pelajaran di sekolah AS.
Faktanya, perang tersebut terjadi antara pihak Konfederasi dan Uni -- negara bagian bebas yang telah menghapus perbudakan.
6. Intervensi Tuhan dalam Pertandingan Olahraga
Survei menarik digelar sebelum Super Bowl 2013, tentang hubungan ajang sepak bola Amerika dengan agama.
Pertanyaan pertama yang diajukan adalah, apakah tim harus melakukan acara doa sebelum pertandingan, 76 persen di antara responden menjawab, ya.
Â
Tanpa memandang agama dan afiliasi politik, 54 persen responden menyakini, Tuhan lebih suka dan membantu para atlet beriman, memberikan kesehatan dan kesuksesan pada mereka.
Tak hanya itu, 27 di antaranya sepakat dengan pernyataan in, "Tuhan memainkan peran untuk menentukan tim mana yang akan memenangkan ajang olahraga."
7. Saddam Hussein Terlibat dalam Teror 9/11
Jajak pendapat yang dilakukan University of Maryland pada 2016 menguak hal menarik: bahwa warga Amerika Serikat masih bingung terkait teror 11 September 2001 (9/11) yang disusul invasi AS ke Afghanistan dan Irak.
Â
Meski pemberitaan soal Al Qaeda masif dan Presiden George W Bush mengakui, Irak tak punya andil dalam serangan teror tersebut, Saddam dan 9/11 tampaknya terkait erat di benak sebagian publik Amerika.
Lebih dari 50 persen responden survei meyakini ada 'bukti kuat' bahwa Saddam Hussein bekerja sama dengan para teroris, dan setengah dari mereka entah bagaimana mengingat keterlibatan langsung Ira dalam teror terbesar di Negeri Paman Sam itu.
Sekitar 23 persen responden juga yakin, senjata pemusnah massal -- yang mendasari invasi AS atas Irak -- telah ditemukan di negara itu. Padahal, nyatanya, yang terjadi adalah sebaliknya.
8. Benjamin Franklin dan Alexander Hamilton Presiden AS
Founding Father, Alexander Hamilton berkontribusi besar pada kelahiran Amerika Serikat. Ia adalah Menteri Keuangan pertama dalam sejarah republik, pendiri Bank of New York, dan bahkan dianggap sebagai Bapak Penjaga Pantai AS (Coast Guard).
Satu hal yang tak ia lakukan adalah menjadi presiden. Meski demikian hampir tiga perempat responden -- yang memilih 41 nama dari 123 yang diajukan -- mengiranya pernah jadi penguasa Gedung Putih.
Â
Demikian pula dengan Benjamin Franklin. Meski fotonya ada dalam lembaran mata uang US$ 100, ia tak pernah jadi presiden.
"Saya sudah memprediksikan bahwa Benjamin Franklin akan salah dikira sebagai presiden. Namun, Hamilton justru mengalahkannya," kata penulis studi.
9. Rasisme Telah Berakhir
Rakyat Amerika Serikat telah memilih seorang pria keturunan Afrika sebagai presidennya: Barack Obama.
Sebagian besar orang mengira bahwa kesenjangan ekonomi dan sosial antara kulit putih dan kulit hitam di Amerika Serikat adalah cerita lama.
Statistik belakangan mengungkap, warga AS keturunan Afrika dibayar lebih sedikit daripada kolega mereka yang berkulit putih, punya lebih banyak masalah kesehatan dan mati lebih cepat, secara disporposional dipenjara, dan jadi target prasangka aparat kepolisian.
Â
Namun, studi Harvard University baru-baru ini menunjukkan, pada umumnya, penduduk berkulit putih terdistorsi terhadap fakta yang terjadi.
Misalnya, responden berkulit terang yakin bahwa penduduk berkulit hitam punya level pendapatan dan kesehatan sama seperti mereka.
Dan, meski kedua ras setuju diskriminasi telah menurun selama beberapa dekade terakhir, responden berkulit putih terlihat yakin, bahwa praktik seperti itu telah tiada.