Liputan6.com, Port Lois - Perdana Menteri Mauritius, Anerood Jugnauth mengatakan, ia akan mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Pravind. Jugnauth yang merupakan PM pertama Mauritius, telah memimpin negara itu sejak tahun 1982.
Ia memulai periode ketiganya pada tahun 2014 lalu. Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, Jugnauth mengatakan, ia mundur demi hadirnya pemimpin yang lebih muda dan lebih dinamis. Demikian seperti dilansir BBC, Minggu, (22/1/2017).
Putra Jugnauth saat ini menjabat sebagai menteri keuangan. Langkah ini mendapat kritikan dari sejumlah partai oposisi, namun tidak banyak yang dapat mereka lakukan untuk menghentikan Jugnauth.
Advertisement
Jugnauth muda merupakan kepala Gerakan Sosialis Militan, partai terbesar dalam koalisi pemerintahan.
Keputusan kontroversial Jugnauth tersebut memicu komentar dari mantan PM, Navin Ramgoolam. Ia memperingatkan bahwa keluarga Jugnauth dapat mengubah Mauritius menjadi "Banana Republic."
"Banana Republic" merupakan istilah politik untuk menggambarkan negara yang politiknya tidak stabil dan ekonominya sangat bergantung pada ekspor sumber daya terbatas, misalnya pisang.
Mauritius merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudera Hindia. Wilayah ini merupakan bekas jajahan Inggris.
Dalam pidatonya, Jugnauth mengutip "tradisi Westminster", yang disebut mengacu pada peralihan kekuasaan dari David Cameron ke Theresa May di Inggris di mana dilakukan tanpa melalui proses pemilu.
Jugnauth dikabarkan akan menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Senin pagi waktu setempat.