Liputan6.com, Washington DC - Sejak 27 Januari 1922, ibukota Amerika Serikat Washington DC didera badai salju yang mengerikan. Hujan es disertai angin kencang itu berlanjut dan mencapai puncaknya pada keesokannya, tepat hari ini, 28 Januari 95 tahun silam.
Washington DC memutih. Dengan kecepatan angin dan derasnya hujan es, diketahui salju mencapai tebal 28 inci atau sekitar 71 cm.
Angka itu merupakan angka tertinggi tebalnya es di DC semenjak tahun 1885.
Awalnya, warga Washington DC bergembira menyambut tebalnya salju. Anak-anakbermain snowboarding di jalanan.
Warga DC juga tak mempedulikan cuaca beku dengan menghadiri pemutaran perdana film bisu berjudul 'Get Rich Quick, Wallingford' di Knickerbocker Theater. Washington Herald melaporkan, ada lebih dari 500 penonton yang hadir.
Knickerbocker Theater merupakan sebuah bangunan gedung pertunjukan terbesar dan terbaru di DC.
Pada pukul 21.00, saat para penonton hanyut menyaksikan teknologi baru, atap bioskop itu ambrol karena beratnya es setebal 71 cm itu. Belakangan diketahui, gedung pertunjukan itu dibangun dengan desain dan arsitektur yang salah dan tidak aman.
Atap teater itu terbelah dua lalu runtuh, rata dengan tanah. Penonton baik pria maupun wanita berteriak berusaha keluar dari reruntuhan. Senanyak 98 orang tewas dan 133 orang terluka.
Salju terus menerus turun, sementara 600 tim penyelamat berusaha menyelamatkan para korban. Demikian dilansir neh.gov.
Atap Knickerbocker yang didesain oleh Reginald Reginald Wycliffe Geare dan gedung yang dimiliki Harry Crandall rata dengan tanah. Keduanya menanggung malu dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
Di antara para korban tewas, terdapat anggota dewan dari Pennsylvania, Andrew Jackson Barchfeld, para duta besar, dan diplomat.
Adapun salah satu korban luka adalah pemain biola bernama Oreste Natiello. Ia kehilangan tangannya dan tak bisa bermain musik.
Bencana itu disebut-sebut paling mematikan dalam sejarah DC. Dan kemudian terkenal dengan sebutan "The Knickerbocker Storm."
Washington Post melaporkan, "Sebelumnya terdengar tepukan tangan dan gelak tawa saat menonton film komedi itu. Namun, kemudian berubah menjadi jeritan panik, disertai suara kayu dan tembok runtuh dan akhirnya... semua hening. Gedung pertunjukan yang tadinya jadi sumber kegembiraan berubah menjadi kuburan massal."
Pada hari yang sama pula, pada tahun 1986, pesawat ulang alik Challenger celaka sesaat setelah diluncurkan. Mereka yang ada di dalamnya tak sempat mengucapkan perpisahan.
Hanya satu kata yang penghabisan yang berhasil direkam: "Uh oh." Sang pilot, Michael J. Smith lah yang menyuarakannya pada detik ke-73 setelah pesawat ulang alik tersebut mengangkasa dari Cape Canaveral, Florida.
Pada tahun 1921, seorang prajurit tanpa nama dimakamkan di bawah Arc de Triomphe di Paris. Sebagai simbol untuk mengenang para korban yang tak dikenal dalam Perang Dunia I.