Liputan6.com, Bangkok - Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan Ocha mendapat ancaman pembunuhan. Hal tersebut disampaikan oleh seorang penghina kerajaan.
Kepala Dewan Keamanan Nasional Thailand, Thawip Netniyom mengatakan, pelaku saat ini berada di Laos. Ia kabur ke negara tersebut untuk menghindari penangkapan.
"Kami mendesak Laos untuk menangkap pelaku. Mereka mengatakan, jika ada kesempatan maka pelaku akan diamankan," sebut Thawip, seperti dikutip dari RT, Senin (6/2/2017).
"Ancaman mati terhadap orang penting adalah sebuah tindakan kriminal," sambung dia.
Baca Juga
Bulan Januari lalu, Thailand sudah mulai mendesak Laos untuk mengekstradisi penghina kerajaan. Para pelaku nantinya akan menerima hukuman 15 tahun penjara.
Sampai saat ini -- termasuk seorang yang mengancam membunuh PM Thailand, ada enam orang pelaku penghina kerajaan yang diminta diekstradisi dari Laos.
Sejak mengkudeta pemerintahan 2014 lalu, Thailand menerapkan kebijakan keras terhadap semua penghina kerajaan.
Menurut seorang pengamat politik Thailand dari lembaha Think-Thank Siam Intelligence Unit, Kan Yuenyong, kebijakan keras ini menyebabkan para buron penghina kerajaan tersebut frustasi dan tak berdaya di Laos.
"Mereka akan mencari pelampiasan untuk itu, tapi saya ragu mereka bisa melakukan banyak hal dalam situasi saat ini," jelas Kan.
Thailand menganut hukum lese majeste.
Advertisement
Terdapat satu pasal, yakni 112 dalam hukum pidana Thailand yang menyebutkan bahwa seseorang yang merusak nama baik, menghina, atau mengancam raja, ratu, putra mahkota, atau bangsawan akan dihukum penjara hingga 15 tahun.