'Perang Roti' Terjadi di Venezuela, 4 Orang Ditangkap

Selama tiga tahun terakhir Venezuela didera krisis ekonomi yang berimbas pada menghilangnya bahan pangan dasar dari peredaran.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Mar 2017, 15:03 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2017, 15:03 WIB
maduro-140217b.jpg

Liputan6.com, Caracas - Dalam pekan ini, pihak berwenang Venezuela menangkap empat pemilik toko roti. Penangkapan tersebut dipicu oleh toko roti mereka membuat "brownies dan berbagai kue-kue kering ilegal".

Fenomena ini terjadi di tengah ancaman Presiden Nicolas Maduro untuk mengambil alih toko-toko roti di Caracas. Langkah itu sebagai bagian dari "perang roti".

Seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (17/3/2017), Presiden Maduro dilaporkan telah mengirim pengawas dan tentara untuk memeriksa lebih dari 700 toko roti yang ada di ibu kota pekan ini demi menegakkan aturan. Menurut aturan, 90 persen gandum harus dipakai untuk membuat roti murah ketimbang kue kering atau kue mahal.

Kebijakan tersebut merupakan langkah terbaru pemerintahan Maduro untuk memerangi kekurangan bahan pangan dasar di tengah krisis ekonomi yang dihadapi Venezuela selama tiga tahun terakhir.

Partai Sosialis yang berkuasa menuding, para pengusaha yang pro-oposisi telah menyabotase ekonomi negara dengan menimbun barang dan menaikkan harga. Sementara kritikus berpendapat, pemerintah harus disalahkan karena mempertahankan kebijakan kontrol harga dan mata uang yang gagal.

Para tukang roti juga ikut menyalahkan pemerintah atas kekurangan pasokan gandum nasional. Mereka mengatakan, kehilangan 80 persen stok gandum.

Selama inspeksi pekan ini, dua orang ditangkap karena toko roti mereka menggunakan terlalu banyak gandum di roti manis, croissant isi ham dan berbagai produk lainnya. Demikian dijelaskan Pengawas Keadilan Harga dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke media.

Sementara itu, dua orang lainnya ditahan karena membuat brownies dari gandum yang sudah kedaluwarsa. Pernyataan tersebut juga menambahkan, setidaknya satu toko roti telah diambil alih oleh pemerintah selama 90 hari.

"Mereka yang berada di belakang 'perang roti' akan membayarnya, dan jangan biarkan mereka kelak mengatakan bahwa itu adalah penganiayaan politik," kata Maduro pada awal pekan ini.

Sebuah kelompok yang mewakili tukang roti, Fevipan, telah meminta untuk bertemu Maduro untuk mengadu bahwa mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan tanpa menjual produk dengan harga yang lebih tinggi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya