Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam Uni Eropa (UE). Ia menyebut organisasi kawasan itu munafik. Tak tanggung-tanggung, sosok kontroversial itu bahkan melontarkan makian, sons of b*tches.
Reaksi tersebut muncul setelah UE menyerukan agar presiden Filipina tersebut menahan diri dan memikirkan kembali kebijakan perang brutal narkoba yang tengah dilancarkannya.
Baca Juga
Duterte tak mengindahkan saran UE agar dirinya fokus pada kampanye rehabilitasi narkoba. Ia bersikeras pada kebijakan kontroversialnya yang telah menyebabkan ribuan orang tewas.
Advertisement
Kemarahan Duterte tersebut dimuntahkannya di hadapan para pengusaha China. Dalam kesempatan yang sama, ia memuji pebisnis Tiongkok atas pinjaman dan bantuan tanpa syarat dan ketentuan yang berlaku.
Duterte mengatakan, ia tidak butuh UE atau program "bodoh" yang gagal menghentikan para pecandu narkoba melakukan tindakan perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan.
"Jadi, kami sudah lega sekarang atas kesulitan yang kami hadapi karena banyak uang (China) akan datang. UE, mereka tawarkan kepada kami solusi berbasis kesehatan untuk isu narkoba. Mereka sons of b*tches," ujar Duterte seperti dikutip dari Independent, Jumat, (24/3/2017).
"Mereka ingin kita membangun klinik, dibanding menangkap dan memasukkan mereka ke penjara, seperti di negara lainnya...," pungkasnya.
Ditegaskan Duterte, UE tidak punya urusan tentang pertumpahan darah di Filipina. Ia balik mengingatkan ada jutaan warga Eropa yang tewas selama Perang Dunia II.
"Gampang untuk mengkritik, gampang untuk menunjuk siapa yang salah. Tuhanku, kalian mengungkit sejarah kalian sendiri. Kalian juga cuci tangan atas pertumpahan darah yang terjadi. Mengapa kalian menyarankan solusi bodoh ini?," ungkap presiden Filipina tersebut.
Pekan lalu, anggota parlemen Uni Eropa mengutuk banyaknya pembunuhan di luar proses peradilan yang terjadi di Filipina. Mereka mengatakan, yang harus ditargetkan adalah sumber dari narkoba bukan pecandu.
Atas pernyataan tersebut, staf Duterte menyebut, UE ikut campur tangan urusan dalam negeri Filipina.
Ini bukan kali pertama Duterte menghardik UE. Pada September tahun lalu, ia bahkan mengacungkan jari tengah dan melontarkan komentar kasar terhadap organisasi kawasan tersebut.
UE merupakan investor asing terbesar di Filipina dan mitra dagang terbesar keempat negara itu.
Perang narkoba yang dikobarkan Duterte tidak hanya memicu kritik dari UE, namun juga sejumlah pihak lain termasuk AS. Lebih dari 2.500 orang dikabarkan tewas dalam operasi tersebut.
Kelompok HAM menyalahkan polisi atas ribuan kasus pembunuhan misterius yang terjadi di negara itu, namun mereka mengelak dengan mengatakan tindakan menembak dilakukan sebagai aksi bela diri.
Pemerintah Filipina menolak kritik yang menyebutkan mereka tidak berkomitmen untuk merehabilitasi pengguna narkoba. Pendekatan tersebut dinilai memakan biaya besar dan di lain sisi hal ini tidak mengurangi jumlah pecandu.