Liputan6.com, St Petersburg - Media-media Rusia melaporkan bahwa insiden ledakan di stasiun kereta bawah tanah di Saint Petersburg adalah bom bunuh diri. Laporan awal menyebut bomber berusia 20-an tahun berasal dari Asia Tengah. Namun demikian, belum ada klaim dari kelompok manapun di balik serangan itu.
Meski demikian, Rusia memiliki sejarah kelam dengan kelompok garis keras yang menyerang beberapa titik keramaian di bekas negara Uni Soviet itu.
Ledakan di stasiun itu merenggut 11 nyawa. Setidaknya 45 orang dilaporkan terluka. Insiden terjadi di tengah-tengah dua stasiun kereta bawah tanah pada Senin sore 3 April 2017.
Advertisement
Seperangkat ledakan lainnya ditemukan di lokasi. Namun, polisi berhasil mengamankannya. Demikian dikutip dari BBC, Selasa (4/4/2017).
Media Interfax dan kantor berita Tass melaporkan pelaku telah teridentifikasi, namun belakangan diralat dan mengatakan pelaku adalah bomber bunuh diri mengutip dari keterangan polisi.
Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan dalam Facebook-nya ledakan itu adalah ulah teroris.
Investigasi atas kasus itu kini tengah digelar. Pihak aparat mengatakan kemungkinan terorisme bisa saja namun tak menutup kemungkinan lainnya.
Ledakan itu menimpa stasiun Sennaya Ploshchad. Wilayah tersebut tak jauh dari Institut Teknologi Rusia yang berada di pusat Kota Saint Petersburg.
Beberapa gambar yang ada di sosial media menujukan kondisi sangat kacau. Dugaan kuat bom meledak dekat pintu stasiun.
Saat ledakan terjadi, di sekitar pintu masuk penuh sesak dengan manusia. Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pernyataan duka mendalam bagi para korban tewas. Ia pun menduga aksi ini merupakan perbuatan teroris.