Buku Pengakuan Rakyat Jelata Korut Diselundupkan ke Luar Negeri

Aktivis anti-pemerintah menerbitkan sebuah buku tentang kehidupan nyata di Korea Utara. Naskah telah disebar ke luar negeri.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 04 Apr 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 19:00 WIB
Kim Jong Un Unjuk Kekuatan Luncurkan Rudal
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un saat memimpin peluncuran rudal Pukguksong-2, Minggu (12/2). Kim mengaku puas pada hasil uji coba yang dilakukannya. (AFP PHOTO/KCNA)

Liputan6.com, Seoul - Sebuah buku ditulis oleh seorang penduduk Korea Utara dan diselundupkan ke dunia luar. Isinya menceritakan tentang kehidupan nyata rakyat di bawah pemerintahan Kim Jong-un.

Penulisnya rela menghadapi risiko besar. Tujuannya, agar warga dunia mengetahui kondisi sesungguhnya yang dihadapi rakyat Korut.

The Accusation; Forbidden Stories from Inside North Korea merupakan buku koleksi cerita dan testimoni dari para warga jelata yang tinggal di negeri tiran tersebut, seperti yang diwartakan CNN, Selasa, (4/4/2017).

Buku itu berkisah perasaan warga tentang kondisi terkekang dan terus-menerus di bawah kontrol pemerintah.

Meski fiksi, buku yang ditulis oleh pseudonim bernama 'Bandi'--dalam Bahasa Korea berarti kunang-kunang-- dianggap sebagai refleksi nyata kehidupan sesungguhnya di Korea Utara. 

Aktivis antirezim Pyongyang asal Korea Selatan, Doo Hee-youn, ikut membantu proses penyelundupan dan penyebarluasan buku tersebut ke luar Korea Utara.

"Buku itu tidak menceritakan tentang kamp-kamp penjara politik, atau eksekusi publik, atau isu hak asasi manusia. Namun, buku itu berisi kehidupan normal di Korea Utara, yakni layaknya budak," ujar Doo Hee-youn. 

Buku setebal 750 halaman itu telah terbit sejak tahun 2014 dalam bahasa Korea.

Setahun berikutnya buku itu diselundupkan dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis. Bulan Maret 2017 lalu, buku itu terbit di  AS dan Britania Raya. Sekarang, buku itu telah terbit dan tersedia dalam 19 bahasa.

Sejatinya, upaya penyelundupan itu diawali oleh sebuah insiden tak terduga.

"Pada tahun 2012, seorang pencari suaka asal Korea Utara berupaya melarikan diri ke Tiongkok. Namun, ia ditangkap oleh pasukan perbatasan RRC sebelum berhasil menyeberang. Aku (Doo) dan kolega membantu proses advokasi perempuan itu. Darinya, kami tahu ada manuskrip The Accusation di Korea Utara", ujar Doo Hee-youn.

Perempuan yang diadvokasi oleh Doo merupakan kerabat Bandi. Melalui si perempuan itu, Bandi meminta bantuan Doo dan kolega untuk menyelundupkan buku itu keluar dari Korea Utara. 

Doo meminta bantuan kepada salah satu kolega yang terpercaya untuk masuk ke Korea Utara dan menjalin kontak dengan Bandi.

Singkat cerita, utusan Doo berhasil menyelundupkan buku itu ke dengan menempatkannya di antara lusinan buku propaganda Kim Il-sung dan Kim Jong-il yang akan dikirim ke luar Korea Utara oleh turis asal Tiongkok.

"Kami temukan cara seperti itu dengan memanfaatkan aktivitas seorang turis Tiongkok yang berkunjung ke sana. Kami pikir, jika buku (The Accusation) itu diselundupkan, akan mudah jika kami tempatkan dalam buku propaganda," ungkap Doo.

Ternyata cara itu berhasil. Beruntungnya, petugas bea cukai perbatasan Korea Utara tidak memeriksa detil dan hanya menggunakan Sinar X. Sebuah tindakan yang menyelamatkan banyak kebebasan dan nyawa Bandi, Doo, serta orang-orang yang terlibat pada misi itu.

Pada saat menerima The Accusation itu, barulah Doo mengetahui sedikit identitas Bandi. Si penulis merupakan pegawai Korean Writers' Alliance, badan penulis propaganda pemerintah Korea Utara.

Hal ini diketahui oleh Doo karena kertas yang dijadikan lembar penulisan The Accusation merupakan produksi khusus Pyongyang yang digunakan untuk menerbitkan naskah dan buku-buku propaganda pro-pemerintah. 

Setelah buku itu tiba di Negeri Ginseng, Doo segera mencari penerbit yang bersedia memublikasikan The Accusation. Dan kini, buku itu telah tersebar di beberapa negara.

Kini, Bandi telah pensiun dan aman. Namun Doo tidak dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang dirinya, takut atas keselamatan Bandi di Korea Utara. 

Dan tentu saja, Bandi telah mencatat kontribusinya dalam jejak sejarah perlawanan rakyat Korea Utara melawan tirani melalui sebuah tulisan. 'Si Kunang-Kunang' kini menjadi orang pertama dari dalam Korea Utara yang berhasil menulis, memublikasikan, dan mendistriusikan guratan pena-nya yang berisi kritik terhadap tirani Kim Jong-un ke luar Korea Utara. 

"Ia (Bandi) menganggap bahwa tulisannya jauh lebih berharga dari hidupnya, demicintanya terhadap bangsa Korea Utara,", imbuh Doo. 

Selain itu, Doo juga menjelaskan bahwa dalam waktu dekat, puisi berisi kritik terhadap pemerintahan Kim Jong-un akan terbit. Karya literatur ini akan menambah lagi gerakan kritik warga Korea Utara terhadap pemerintah melalui tulisan.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya